Mawar Duri
Lupa cara menyapamu
Memanggil
Apalagi bersowan
Perubahan begitu kejam
Mencabik naluri
Mengoyak-koyaknya menjadi buih
Kokok ayam di rumah tetangga
Sang muazim berteriak begitu kasar memanggil Tuhannya
Padahal yang dipanggil tidaklah tuli
Juga tidaklah jauh
Fajar menyibak perlahan
Mentari diam-diam menyapa
Bumi berselimutkan embun,
Pun menguapkan bau anyir
Kau datang dengan senyum
Dan sekuntum harapan
Lalu berlalu dengan secawan air mata
Seberkas keluh dalam penyesalan
Menjadi duri dalam mawar
Pesonanya masih anggun
Aromanya pun masih harum
Namun, siapakah yang rela disengat duri?
Api cinta yang telah padam?
0 komentar:
Post a Comment