Banner 468 x 60px

 

Saturday, December 17, 2016

Membela Agama Merenggut Nyawa

0 komentar


Membela agama katamu
Berkobar semangat jihat membunuh tertempel di jidatmu
Menenteng senjata berlilit bom di tubuhmu
Dengan gagah, laju langkahmu kau ayunkan
Ke tempat-tempat di mana anak-anak manusia menghadap Tuhannya
Ke bangunan-bangunan megah di mana anak-anak manusia membuang lelah
Dwaaaaarrrrrrr…….
Terdengar letupan senjatamu
Meledak bom di tubuhmu
Orang-orang tua berlari merenggut nyawa
Anak-anak terbujur kaku dalam puing-puing reruntuhan
Darahmu mengalir
Darah mereka tertumpah
Bumi berserakan kepingan-kepingan berwarna merah
Aromanya yang kental nan segar menusuk jantung
Tercium asap dan debu diiringi bau daging terbakar yang dikirim sang bayu
Kau tersenyum
Kau tertawa
Sesaat sebelum aksimu kau lancarkan

Membela agama katamu
Mencari keabadian ucapmu
Masuk surga, nafsumu
Disambut bidadari jelita nan perawan ujarmu
Disuruh Nabi kilahmu
Diperintah Tuhan kau bilang
Benarkah?????
TIDAK……..
Bantahku
Kau hanyalah membela Agamamu
Kau hanyalah membela Nabimu
Kau hanyalah membela Tuhanmu
Yang kau ciptakan atas nafsumu
Kegilaanmu
Keserakahan dan
Kecongkakanmu

Tidakkah kau dengar jeritan bocah belia tak berdosa yang kau buat yatim sekarang?
Tidakkah kau dengar tangis sang Ibu yang mengumpulkan serpihan-serpihan tubuh anaknya?
Tidakkah kau lihat air mata sang ayah yang menggendong anaknya penuh dengan keringat darah?
Tidakkah kau lihat sang suami menenteng istrinya yang patah tulangnya?
Ah, ternyata gelagak tawa suara para Bidadarimu jauh lebih riuh dari tangis mereka
Semerbak wangi surgamu telah menutup hidungmu dari bau amis darah
Indah surgamu telah membutakan matamu dari derita mereka

Duhai kalian, hentikanlah semua ini
Tinggalkanlah agamamu itu
Bunuhlah Nabimu itu
Lupakanlah Tuhanmu itu
Temukanlah agama yang damai
Carilah Nabi yang penyayang
Sembahlah Tuhan yang Pemurah
Semoga kemanusiaanmu lahir kembali
Semoga kedamaian surga yang sesungguhnya menjemputmu dengan kebahagiaan yang abadi

Kupang, 2016


Untuk Pengantin Jihad Salah Kaprah




Mungkin kau tak paham apa itu Islam
Islam itu selamat
Bukan hanya untukmu seorang
Tapi untuk semua

Mungkin kau tak paham apa itu Iman
Iman itu percaya
Ia serumpun dengan aman dan amanah
Ia menghadirkan rasa aman
Bukan hanya untukmu saja
Tapi untuk semua

Mungkin kau tak paham apa itu rahmat
Ia adalah belas kasih
Ia adalah cinta
Bukan hanya untukmu seorang
Tapi untuk semua

Mungkin kau tak paham lafal Laailaahaillallah
Ia adalah ruh bagi jasadmu
Ia adalah tenaga bagi fisikmu
Namun, bukan hanya untukmu sendiri
Tapi untuk untuk semua

Mungkin kau tak paham lafal Allahuakbar
Ia adalah teriakan semangat
Bukan teriakan kekerasan
Untuk meledakan bom
Untuk merenggut nyawa tak berdosa
Atau bangunan-bangunan peribadatan
Juga bukan bangunan-bangunan di atas kucuran keringat

Demi nama Allah
Yang kau pahat atas egomu
Kau lupakan Rahmatan lil ‘alamin
Ruh bagi sinergisitas dan keseimbangan
Demi Allah
Surga bukan milikmu sendiri
Jangan kau pagari dengan nafsumu
Nabimu pun tak pernah ridha atas ruh-ruh yang kau renggut

Kupang, 2016
 


Read more...

Dermaga Terakhir Di Kelopak Matamu

0 komentar
Kerlip gemintang di tengah laut
Beradu seksi dengan sinar rembulan
Tak kalah pula debur ombak yang bergemuruh meneriakan bahagia
Desau angin hingga lolongan mesin kapal
Juga dingin, ia merayap dengan kalapnya ke sum-sum
Namun hatiku menghangat dalam dekapanmu

Fajar pagi pun tiba dengan lesuhnya
Gugusan pulau timor tlah membentang di hadapan kita
Ku raih tanganmu yang menggigil
“Lekaslah sayang genggam erat tangan ini. Sebentar lagi kita kan melihat tangga dermaga!”
Bisikmu di telingaku
Seperti suara merdu deru ombak yang menerpa badan kapal, mengguncang hati kita

Terdengar suara nahkoda di balik toa-toa kecil nan lonjong
Kapalpun berlabuh
Kita melangkah beriringan menuju tangga dermaga tanah kota karang, Kupang
Kita berdiri bersisian
Mata arabmu dan mata legamku saling melirik
Sembabnya tlah mengkristal dalam kedipan

Kota Kupang
Inikah kota terakhir kugenggam tanganmu?
Inikah dermaga terakhir kau labuhkan senyummu
Saat kita menjemput kenangan serta kedamaian yang selalu hadir?
Entahlah,
Kubiarkan pena ini kembali digenggamanNya
Terserah apa yang Ia hendak menuliskan
Itulah takdir kita


17-12-2016, Kupang

Read more...
 
ZN _ LEFOKISSU © 2017