Setelah beberapa hari dikuburkan
maka mayat itu kedatangan tamu yang tidak diundang. Si tamu menggaruk-garuk pusara
yang masih berwarna merah seperti hendak membongkar pusara itu. Mayat dari
dalam pusara itu kemudian terperanjat dari tidurnya lalu mencoba bertanya
kepada tamunya. “Siapakah yang menggali kuburku?
Apakah Engkau kekasihku, yang datang
kemari untuk menanam bunga kamboja sebagai rasa penghormatan terhadap diriku
yang telah pergi meninggalkan Mu?”
Si tamu menjawab: “Bukan!”
Kemudian si tamu menambahkan bahwa
kekasihMu sekarang sedang menuju ke pelaminan dengan salah satu orang terkaya
di kotanya. Dan setelah itu itu mereka akan pergi berbulan madu ditempat yang
belum pernah engaku datangi sewaktu bersama dia.
“Kekasihmu sekarang (setelah engkau
meninggal) mengatakan bahwa tidak apa-apa baginya untuk menikah lagi sekarang,
toh tidak akan menyakitimu lagi apabila ditinggal kawin lagi. Katanya lagi pula
aku masih muda dan masih jelita, sayang aku harus membiarkan keindahan diriku
ini memudar dengan sia-sia, serta harus menanggung kesepian ini sampai ajal
menjemputku seperti dia menjemputmu saat ini. Ma’af, sebetulnya aku harus
berbohong denganmu dalam masalah ini lanjut sang tamu.
Si mayat kemudian bertanya:”Kalau
begitu, siapa yang menggali kuburanku ini?
Apakah keluarga dekatku atau kawan
karibku?”
Si tamu menjawab:”Oh, bukan”
Kemudian si tamu menambahkan bahwa
mereka (keluarga yang ditinggalkan) pada duduk-duduk sambil berpikir. Apa yang
ada dalam pikiran mereka adalah bahwa tidak ada gunanya menanam pohon kamboja.
Pohon itu akan menghasilkan bunga macam apa? Dilihat dari gundukan tanah merah
yang ada, maka tidak ada tanda-tanda yang menyatakan bahwa penanaman pohon di
kuburan akan melepaskan nyawa si mayat dari jeratan maut.
Setelah mendengar penjelasan si
tamu, maka si mayat mulai agak bingung lalu dia berkata agak marah:”Tapi,
betul-betul ada seseorang yang sedang menggali kuburanku.
Apakah musuhku? Kau datang dengan
licik, beraninya hanya karena aku sudah mati?”
Si tamu menjawab:”Oh, bukan”.
Kemudian si tamu menambahkan bahwa
ketika dia (musuhmu) mendengar khabar akan kematianmu yang akan lambat laun
menghancurkan seluruh tulang belulangmu, dia berpikir bahwa kamu tidak lagi
merupakan penyebab kemarahannya dan dia tidak peduli di mana kamu dikuburkan. Dia
berpikir biarlah tanah dan ulat-ulat yang akan mengahncurkanmu, tak perlu harus
bersusah payah membongkar kuburanmu dan manghancurkanmu.
Mendengar penjelasan dari si tamu,
maka si mayat mulai gusar. Dia kira yang datang adalah kekasihnya yang pada
waktu masih hidup bersama, katanya sehidup semati, tetapi ternyata yang datang
bukan kekasihnya. Lalu dia berpikir bahwa yang datang adalah kaum kerabatnya
yang pada waktu hidup mereka sangat menyayangi karena masih ada hubungn darah
dan ikatan persahabatan, ternyata bukan. Dalam kegalauannya dia berpikir bahwa
yang datang itu adalah musuhnya, yang akan memeranginya dan dia tentu kalah
karena ketidakberdayaannya di alam kubur, ternyata yang datang juga bukan musuhnya.
Lalu dia berkata:” Baiklah kalau begitu, siapa yang sedang menggali kuburanku,
mengaku saja karena aku sudah tidak mampu lagi menebaknya aku sudah tidak mampu
lagi atas diriku.”
Si tamu lalu menjawab:” Ini aku
tuanku, anjing kecilmu yang masih
hidup di sekitar sini, dan aku sangat berharap kedatanganku ke sini tidak
mengganggu istirahatmu.”
Mendengar penjelasan tamunya (anjing
kecil), si mayat mulai lega hatinya. Dia tidak mengira bahwa yang datang
(memberi penghormatan pada si mayat) adalah hanya seekor anjing piaraannya,
bukan manusia yang diharapkan akan memperhatikannya walaupun sudah meninggal,
malah ternyata hanya seekor anjing yang masih hidup yang semasa hidupnya telah
saling tolong menolong bagaikan manusia. Si mayat berpikir bahwa betapa
setianya anjing kecil ini, melebihi kesetiaan manusia (kekasih, kerabat, dan
bahkan musuh).
Si tamu (anjing kecilnya) lalu
berkata:”Tuanku, aku menggali kuburmu untuk mengubur sepotong tulang,
kalau-kalau saya lapar pas kebetulan lewat tempat ini pada saat saya
jalan-jalan pagi hari. Sekali lagi ma’af Tuanku, saya lupa kalau ini adalah
kuburan Tuanku tempat Tuanku istirahat”.
Setelah tahu bahwa bukan manusia
yang menggali kubur, si mayat memuji bahwa ternyata hewan lebih setia dari pada
manusia, tetapi kenyataanya anjing tadi bukan karena kesetiaan, tetapi seperti
layaknya anjing yang lain yaitu menyimpan makanan jika nanti terasa lapar,
kebetulan tempatnya adalah di kuburan tuannya, yang kebetulan dia juga lupa
akan hal itu.
Sekian dan terimah kasih, semoga kita dapat
memetik hikmah dari sekilas cerita diatas. Walupun ceritanya hanya sekedar
bualan pikiran tanpa berdasar realita.
0 komentar:
Post a Comment