Banner 468 x 60px

 

Monday, November 16, 2015

ANJING KECIL dan SANG MAJIKAN

0 komentar
Setelah beberapa hari dikuburkan maka mayat itu kedatangan tamu yang tidak diundang. Si tamu menggaruk-garuk pusara yang masih berwarna merah seperti hendak membongkar pusara itu. Mayat dari dalam pusara itu kemudian terperanjat dari tidurnya lalu mencoba bertanya kepada tamunya. “Siapakah yang menggali kuburku?
Apakah Engkau kekasihku, yang datang kemari untuk menanam bunga kamboja sebagai rasa penghormatan terhadap diriku yang telah pergi meninggalkan Mu?”
Si tamu menjawab: “Bukan!”
Kemudian si tamu menambahkan bahwa kekasihMu sekarang sedang menuju ke pelaminan dengan salah satu orang terkaya di kotanya. Dan setelah itu itu mereka akan pergi berbulan madu ditempat yang belum pernah engaku datangi sewaktu bersama dia.
“Kekasihmu sekarang (setelah engkau meninggal) mengatakan bahwa tidak apa-apa baginya untuk menikah lagi sekarang, toh tidak akan menyakitimu lagi apabila ditinggal kawin lagi. Katanya lagi pula aku masih muda dan masih jelita, sayang aku harus membiarkan keindahan diriku ini memudar dengan sia-sia, serta harus menanggung kesepian ini sampai ajal menjemputku seperti dia menjemputmu saat ini. Ma’af, sebetulnya aku harus berbohong denganmu dalam masalah ini lanjut sang tamu.
Si mayat kemudian bertanya:”Kalau begitu, siapa yang menggali kuburanku ini?
Apakah keluarga dekatku atau kawan karibku?”
Si tamu menjawab:”Oh, bukan”
Kemudian si tamu menambahkan bahwa mereka (keluarga yang ditinggalkan) pada duduk-duduk sambil berpikir. Apa yang ada dalam pikiran mereka adalah bahwa tidak ada gunanya menanam pohon kamboja. Pohon itu akan menghasilkan bunga macam apa? Dilihat dari gundukan tanah merah yang ada, maka tidak ada tanda-tanda yang menyatakan bahwa penanaman pohon di kuburan akan melepaskan nyawa si mayat dari jeratan maut.
Setelah mendengar penjelasan si tamu, maka si mayat mulai agak bingung lalu dia berkata agak marah:”Tapi, betul-betul ada seseorang yang sedang menggali kuburanku.
Apakah musuhku? Kau datang dengan licik, beraninya hanya karena aku sudah mati?”
Si tamu menjawab:”Oh, bukan”.
Kemudian si tamu menambahkan bahwa ketika dia (musuhmu) mendengar khabar akan kematianmu yang akan lambat laun menghancurkan seluruh tulang belulangmu, dia berpikir bahwa kamu tidak lagi merupakan penyebab kemarahannya dan dia tidak peduli di mana kamu dikuburkan. Dia berpikir biarlah tanah dan ulat-ulat yang akan mengahncurkanmu, tak perlu harus bersusah payah membongkar kuburanmu dan manghancurkanmu.
Mendengar penjelasan dari si tamu, maka si mayat mulai gusar. Dia kira yang datang adalah kekasihnya yang pada waktu masih hidup bersama, katanya sehidup semati, tetapi ternyata yang datang bukan kekasihnya. Lalu dia berpikir bahwa yang datang adalah kaum kerabatnya yang pada waktu hidup mereka sangat menyayangi karena masih ada hubungn darah dan ikatan persahabatan, ternyata bukan. Dalam kegalauannya dia berpikir bahwa yang datang itu adalah musuhnya, yang akan memeranginya dan dia tentu kalah karena ketidakberdayaannya di alam kubur, ternyata yang datang juga bukan musuhnya. Lalu dia berkata:” Baiklah kalau begitu, siapa yang sedang menggali kuburanku, mengaku saja karena aku sudah tidak mampu lagi menebaknya aku sudah tidak mampu lagi atas diriku.”
Si tamu lalu menjawab:” Ini aku tuanku, anjing kecilmu yang masih hidup di sekitar sini, dan aku sangat berharap kedatanganku ke sini tidak mengganggu istirahatmu.”
Mendengar penjelasan tamunya (anjing kecil), si mayat mulai lega hatinya. Dia tidak mengira bahwa yang datang (memberi penghormatan pada si mayat) adalah hanya seekor anjing piaraannya, bukan manusia yang diharapkan akan memperhatikannya walaupun sudah meninggal, malah ternyata hanya seekor anjing yang masih hidup yang semasa hidupnya telah saling tolong menolong bagaikan manusia. Si mayat berpikir bahwa betapa setianya anjing kecil ini, melebihi kesetiaan manusia (kekasih, kerabat, dan bahkan musuh).
Si tamu (anjing kecilnya) lalu berkata:”Tuanku, aku menggali kuburmu untuk mengubur sepotong tulang, kalau-kalau saya lapar pas kebetulan lewat tempat ini pada saat saya jalan-jalan pagi hari. Sekali lagi ma’af Tuanku, saya lupa kalau ini adalah kuburan Tuanku tempat Tuanku istirahat”.
Setelah tahu bahwa bukan manusia yang menggali kubur, si mayat memuji bahwa ternyata hewan lebih setia dari pada manusia, tetapi kenyataanya anjing tadi bukan karena kesetiaan, tetapi seperti layaknya anjing yang lain yaitu menyimpan makanan jika nanti terasa lapar, kebetulan tempatnya adalah di kuburan tuannya, yang kebetulan dia juga lupa akan hal itu.
Sekian dan terimah kasih, semoga kita dapat memetik hikmah dari sekilas cerita diatas. Walupun ceritanya hanya sekedar bualan pikiran tanpa berdasar realita.

0 komentar:

Post a Comment

 
ZN _ LEFOKISSU © 2017