Ada dua indicator mereka tidak sedang
bermain-main dalam politik. Pertama mereka rela berkorban begitu banyak uang,
keringat dan waktu demi rakyat yang akan mereka pimpin apabila terpilih nanti.
Mereka bahkan menerapkan prinsip hidup para sufisme, yakni rela kehilangan
harta dunia. Dari mengorbankan uang, menjual rumah, mobil, tanah, toko,
perusahan, bahkan ada yang rela berhutang. Mereka bahkan tidak hanya kehilangan
harta dunia seperti prinsipnya para sufi, mereka pun ikhlas terkubur oleh
puing-puing bangunan hutang yang mereka bangun.
Perjuangan demi rakyat adalah perjuangan yang suci, disini keikhlasan
dan cinta dibangun oleh mereka. Bagi mereka harta tidaklah berarti, bahkan
nyawapun akan mereka pertaruhkan. Ini terbukti banyak diantara para caleg yang
gagal menjadi anggota legislative melakukan bunuh diri. Bagi mereka lebih baik mati dari pada tidak bisa
memperjuangkan aspirasi rakyat! Lebih mulia terkubur oleh berkalang tanah, dari
pada hidup tetapi gagal menegakan amanat
rakyat.,
Indicator
yang kedua adalah kebanyakan mereka bukanlah dari kalangan pengangguran yang
tidak berpenghasilan kemudian mengikhtiarkan
diri meraih kehidupan yang lebih mapan, atau sekedar meningkatkan karier, akses
dan modal. Banyak dari kalangan caleg ini adalah orang-orang yang
berpenghasilan, dan rata-rata mereka merupakan orang-oang termasyhur di
kalangan masyarakat. Ada yang ulama, artis, professor dan lain sebagainya.
Popularitas mereka sangat termasyhur, mereka mempunyai kehidupan yang
berkecukupan, sehingga apa yang dimilikinya takan bisa ditambahi apa-apa dengan
menjadi anggota legislative.
Jadi,
apa yang mereka lakukan adalah sebuah perjuangan yang sacral. Kita mungkin
sering mendengar kata jihad,oleh para
penganut agama jihad dijadikan sebagai jalan untuk
membela agama tuhannya. Namaun, dikalangan para caleg ini jihad lebih
diutamakan untuk kepentingan rakyat. Jihad dalam memperjuangkan kesejahteraan
rakyat bagi para caleg adalah suatu bentuk ekspresi dari kesadaran kenegarwanan
dan rasa cinta terhadap rakyat yang begitu besar.
Kalau
ada orang yang memfitnah, maka ia berdosa dan tidak bisa menghindar dari api
neraka. Satu-satunya cara untuk membebaskan mereka dari dosa fitnah adalah
mengubah fitnah itu menjadi tuduhan yang mengandung nilai kebenaran. Dan supaya
masyarakat terbebas dari keadaan pemfitnah menjadi pengungkap kebenaran maka para
caleg itu terpaksa berpamrih, demi masyarakat yang memfitnahnya dari dosa yang
membawanya kedalam api neraka. Itulah sebabnya mengapa para caleg yang gagal
menjadi anggota legislative meminta kembali uang ataupun harta yang pernah
mereka bagikan. Dan ada juga dari mereka yang terpaksa korupsi untuk bisa
mengembalikan modalnya sewaktu melakukan kampanye. Ini semua dilakukan demi
memerdekakan rakyatnya dari dosa fitnah dan dahsyatnya api neraka. Bagi mereka
korupsi adalah salah satu jalan untuk membebaskan rakyat dari bahaya api
neraka. Mereka rela menanggung dosa korupsi asalkan rakyatnya selamat.
Memang
serba salah dan dilematis kalau sudah bicara pamrih. Mana mungkin hidup tanpa
pamrih. Mana mungkin seorang petani padi yang menanam padi tanpa pamrih panen padi
dan menanak nasi tanpa pamrih nasi akan matang.
Satu
hal yang perlu dicatat bahwa para caleg ini adalah orang-orang yang memiliki
kemurahan hati yang tinggi. Dengan kemurahan hati ini mereka memberikan berbagai
macam hal yang merupakan keinginan atau permintaan dari rakyat mulai. Para
caleg pun kemudaian merespon dengan memberikan permintaan-permintaan itu baik
pemberian secara tetutup maupun secara gamblang. Mereka bukanlah orang-orang yang mata duitan, yang gila akan
harta. Karena, sangat mustahil orang yang gila harta kemudian membagi-bagikan
harta kepada orang lain. Apalagi dalam jumlah yang begitu banayk dan melimpah
untuk ukuran rakyat kita yang begini banyak.
Semula
para caleg memang tulus ikhlas memberikian bantuan, Cuma karena masyarakat banyak
yang memfitnah bahwa para caleg itu berpamrih, membagi-bagikan uang dan harta
demi memenuhi ambisinya menjadi anggota legislative, maka muncul kemuliana
spiritual dari kesadaran batin para caleg itu.
Sunnguh
mereka adalah orang-orang yang sangat luar biasa , sangat sedikit jumlah orang
di negri kita ini yang betul-betul melakuklan perjuangan seperti ini. Dari
ratusan juta warga Negara kita ini mereka berani mencalonkan diri, ini
merupakan satu nilai positive yang coba dibangun oleh mereka. Mereka memiliki
kekuatan mental yang sangat dahsyat, tidak sembarang orang dapat melakukan hal
serupa.
Tetapi,
hendaknya kita belajar menyadari bahwa motivasi individu dan egoisme dengan
perjuangan social. Meski rakyat mulai membuka diri pada kesadaran bahwa para
caleg itu memang berpamrih, tetapi pamrihnya adalah memperjuangkan rakyat,
bukan memperjuangkan nasib mereka sendiri.
Warga Negara dan para pemimpin
masyrakat yang mencalonkan diri sebgai wakil rakyat atau anggota legislative
adalah orang-orang yang memiliki jiwa-jiwa kesatria yang tinggi. Mereka
bukanlah orang-orang yang sedang bermain-main di dunia politik yang demokratis.
0 komentar:
Post a Comment