Ramadhan adalah bulan ke sembilan dalam kalender Islam (hijriyah).
Ramadhan artinya pembakaran. Selain dikarenakan iklim yang panas di wilayah
arab dan sekitarnya pada bulan ini sehingga dikatakan ramadhan bulan pembakaran
(secara lahiriah), bulan ramadhan juga dikatakan bulan pembakaran karena pada
bulan ini orang-orang yang menjaga puasanya selama sebulan penuh, dosa-dosanya
akan dibakar hingga habis yang pada akhirnya di tanggal satu syawal orang-orang
tersebut akan keluar seperti bayi yang baru dilahirkan karena terbebas dari
dosa yang lalu.
Ada sebuah fenomena yang menarik di
dalam bulan ini, terutama di Indonesia yang tidak terjadi atau ditemukan di
bulan lainnya. Yakni, fenomena keakraban
sosial atau
kekeluargaan, begitu kuat yang tadinya di bulan
lain sangat sulit kitas jumpai. Ini dapat kita lihat dari beberapa hal, diantaranya :
Pertama,
jumlah
jamaah yang ikut shalat di masjid bertambah. Baik itu shalat subuh, dhuhur,
ashar, magrib, isya dan puncaknya pada shalat tarwih dan witir bahkan pada saat
ini di beberapa masjid yang kapasitasnya kecil terpaksa menggunakan halamnya
untuk shalat. Interaksi sosial
tercipta ketika jamaah shalat saling bersalam sapa satu sama lain bahkan saling
mengenal antara satu
dengan yang lainnya. Banyaknya jamaah dan tiap shaf shalat yang diciptakan
sebagai lambang persatuan dan kekuatan umat yang kokoh adalah salah satu contoh
penghilangan ego individu saat melebur dalam komunitas sosial.
Kedua,
berbuka puasa bersama. Sudah menjadi salah satu kebiasaan umat Islam di
Indonesia mengadakan buka puasa bersama baik itu di masjid-masjid, tempat kerja,
panti-panti asuhan maupun di tempat-tempat umum lainnnya. Sekelompok orang
mempersiapkan menu berbuka untuk berbuka bersama. Hal ini menciptakan nuansa
kekeluargaan yang terjalin di antara
kaum muslimin. Adanya rasa ingin memberi dan membagi apa yang dimiliki untuk
dinikmati bersama setelah sehari menjalankan ibadah puasa adalah wujud
kepekaan/kepeduian sosial
yang besar antar sesama.
Ketiga,
tradisi tadarusan. Tadarus menjadi rutinitas tiap datangnya ramadhan, selain
puasa, dan tarwih. Tadarus menjadi wadah saling membagi pemahaman membaca al-qur’an antara satu sama lain. Saling menegur
ketika terjadi kesalahan membaca menunjukan adanya proses dan I’tikad baik
untuk sama-sama mencapai kebenaran dan kebaikan bersama. Sebuah kebenaran dan kebaikan
yang berdasarkan hukum-hukum bacaan alquran yang ada. Sebuah kebenaran dan
kebaikan pula yang bersumber dari al-qur’an sebagai tuntunan hidup manusia dan
rasulullah Muhammad sebagai uswatun hasanah. Selain tadarus sebagai lokus
saling mengingatkan dalam hal kebenaran, tadarus juga menjadi wahana komunikasi
yang sangat baik. Yang membaca bisa kita artikan orang yang sedang berbicara
dan yang lainnya sebagai pendengar dan pengoreksi. Ini amatlah penting di dalam
kehidupan sosial
dimana kita perlu mendengarkan apa yang disampaikan orang lain, adalah sebuah
bentuk komunikasi yang baik yang perlu diterapkan dalam hidup demi mencapai
kerukunan bersama.
Selain tiga fenomena yang bersifat
sunnah diatas sesungguhnya ramadhan juga menghadirkan ibadah wajib yang menjadi
ruh dari bulan ramdhan yang memiliki dampak sosial begitu besar bahkan dari ibadah
wajib ini pula terlahir tiga fenomena sunnah di atas.
Yakni,
Puasa ramadhan. Puasa ramdhan adalah puasa wajib sebulan penuh bagi umat Islam selama
tidak ada hal yang melarangnya berpuasa sesuai tuntunan syar’i. Puasa bukanlah aktifitas ritual yang
ditempatkan dalam doktrin formal yakni menahan makan, minum dan hal-hal lain
yang membatalkannya sepanjang hari. Wilayah garapan puasa pada dasarnya memang
merupaakan kewajiban individu kepada Tuhan, namun juga memiliki dampak sosial
yang kuat. Ini dapat kita lihat dari beberapa hikmah dari ibadah puasa itu
sendiri diantaranya sebagai berikut:
Pertama,
Puasa mengajarkan kita untuk turut merasakan lapar dan dahaga fakir miskin di
bulan-bulan lainnya. Bahkan bagi orang orang yang sudah lanjut usia sehingga
tidak dapat menjalankan ibadah puasa diwajibkan baginya memberi makan fakir
miskin.
Kedua,
Puasa mengajarkan kita untuk mengendalikan emosi dan berjiwa sabar sehingga
akan tercipta kerukunan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ketiga,
Puasa juga mengajarkan kita senantiasa berlomba-lomba berbuat baik sehingga
akan tercipta suatu tatanan kehidupan yang beradab dan bermatabat.
Keempat,
Puasa menjadikan pribadi yang jujur, karena puasa merupakan suatu ibadah yang
berdimensi kerahasiaan/keprivatan yang amat kuat antara sang hamba sang sang
khalik. Boleh kita katakana puasa merupakan sarana pendidikaan tanggung jawab
maka diperlukan sikap jujur dalam menjalankannya. Kejujuran dalam menjalankan
ibadah puasa ini menjadi modal penting dalam membangun relasi dalam kehidupan, juga
menjadi modal utama dari sebuah kepercayaan.
Kelima,
Puasa meredam nafsu buruk manusia. Dimana nafsu buruk ini dapat merusak sendi
kehidupan sosial,
dan menjadikan jiwa yang tidak baik. Puasa hadir sebagai suatau cara yang
sangat efektiv dalam mencegah berbagai macam keburukan yang akan timbul akibat
nafsu buruk manusia ini.
Selain puasa ramadhan ada juga kewajiban
lain yang hanya ada di dalam bulan ramadhan adalah mengeluarkan zakat fitrah.
Seperti diketahui fitrah merupakan konsep kesucian asal pribadi manusia yang
memandang bahwa setiap individu dilahirkan dalam keadaan suci bersih. Karena
itu zakat fitrah merupakan kewajiban pribadi berdasarkan kesucian, namun
memiliki konsekuensi sosial yang besar.
Sebab, zakat seperti halnya sedekah pertama-tama dan terutama
diperuntukan buat fakir miskin dan orang-orang yang mengalami kesulitan hidup
serta beberapa sasaran zakat lainnya yang kesemuanya itu adalah untuk
kepentingan umum misalnya sasaran amil zakat, ibnu sabil, kaum muallaf dan kepentingan umat secara keseluruhan.
Itulah beberapa implikasi dari ibadah-ibadah
di dalam bulan ramadhan bagi terbentuknya tatanan sosial masyarakat yang jika diterapkan pada bulan-bulan
di luar bulan ramdhan maka suatu peradaban
besar dengan tatanan sosial
yang sehat akan segera terbentuk. Namun, nilai nilai yang ada di dalam bulan
ramadhan hanya berakhir sampai pada tanggal satu syawal setelah perayaan idul
fitri. Nilai nilai yang diharapkan bisa diejewantahkan demi terbentuknya
kehidupan sosial
yang lebih baik ternyata hanya sebatas harapan dan hanya dimiliki pada bulan
ramadhan saja.
0 komentar:
Post a Comment