“Aku meminta kepada
Rabbku tiga perkara, Dia memberiku dua perkara dan yang satu Dia menolaknya.
Aku meminta kepada Rabbku Azza wa Jalla agar tidak membinasakan kita dengan
bencana yang telah menyebabkan binasanya umat-umat sebelum kita, dan Dia
memberikannya kepadaku. Aku juga meminta kepada Rabbku Azza wa Jalla agar tidak
menjadikan musuh menguasai (menang) atas kita, dan Dia juga memberikannya. Aku
juga meminta agar Dia tidak mencerai beraikan kita sehingga terpisah-pisah
menjadi beberapa kelompok (yang saling bertentangan), tetapi Dia tidak
memberikannya.”
Sunan Ibnu Majah Hadis
nomor 3941
“Aku memohon
kepada-Nya agar mereka tidak dibinasakan musuh dan Dia mengabulkannya. Kemudian
aku meminta agar Allah tidak mencelakakan mereka dengan ditenggelamkan dan Dia
juga mengabulkan permintaanku. Dan aku juga memohon kepada-Nya supaya tidak
menjadikan mereka saling bermusuhan sesama mereka, namun Allah mengembalikannya
kepadaku (menolaknya).”
Shahih Muslim Hadis
nomor 5145
“Aku meminta tiga hal
pada Rabbku, Ia mengabulkan dua (hal) dan menolak satu (hal). Aku meminta
Rabbku agar tidak membinasakan umatku dengan kekeringan, Ia mengabulkannya
untukku, aku memintaNya agar tidak membinasakan umatku dengan banjir, Ia
mengabulkannya untukku dan aku memintaNya agar tidak membuat penyerangan di
antara sesama mereka, lalu Ia menolaknya.
Kawan…!!! apapun
redaksinya, maka terlihat bahwa dua hal yang Allah kabulkan dari permintaan
Nabi yaitu agar umat Islam selamat dari bencana (paceklik ataupun banjir) dan
serangan musuh, sementara hal ketiga yang tidak Allah kabulkan yaitu
perselisihan internal umat. Perselisihan internal ini di antaranya perbedaan
pendapat soal tafsir (Al-quran dan Hadis) dan Mazhab, dan yang lebih parah
serta menjadi faktor paling mendasar yang membuat kita tercerai berai
(bertentanagn) hingga membawa kehancuran umat ialah perselisihan dalam
memperebutkan kekuasaan dan uang.
Sejarah telah
menggoreskan tinta emas hingga hitamnya, sepeninggalan Rasulullah SAW bahkan
sebelum dikuburkan, genderang perebutan kekuasaan (pemimpin) sudah mulai
ditabuhkan. Silih berganti tampuk kekuasaan oleh generasi demi generasi dari
satu dinasti ke dinasti lainnya saling patah tumbuh, tak jarang kita menemukan
adakalanya pergantian itu bermotifkan hasrat membabi buta pada tahta ataupun
harta. Tidak saja sesama umat islam, akan tetapi racun tahta dan harta ini juga
mencerai beraikan aliran darah persaudaraan kandung.
Maka terpujilah mereka
yang menghindari konflik kekuasaan dan memilih hidup bahagia dalam
kesederhanaan. Yaitu mereka yang mengakui pemimpin yang sah, tanpa harus
menyebarkan fitnah, menabur garam permusuhan, sekalipun mereka oposisi pun
oposisi yang dewasa bukan oposisi kekanak-kanakan. Percayalah, untuk mereka
yang sudah nikmat dengan ikan asin gak akan mau rebutan kekuasaan demi ikan
garam.
Wkwkwwkwk…………..
0 komentar:
Post a Comment