Perempuan sebagai
salah satu dari dua makhluk ciptaan Tuhan senantiasa melekat pada dirinya nilai
feminimitas. Pada fisiknya terpatri keindahan yang sering kita sebut dengan
Cantik. Pada dasarnya setiap perempuan itu cantik. Namun relatifitas cantik
yang melekat pada tubuh individu setiap perempuan berbeda-beda. Begitupun
pandangan setiap orang; laki-laki dan perempuan; dalam melihat kecantikan itu
pun berbeda-beda. Namun, pada umumnya konstruksi sosial tentang kecantikan adalah
perempuan yang memiliki perawakan yang tidak tinggi juga tidak pendek, berambut
lurus (tidak keriting), berkulit putih dan bersih, wajah yang putih dan bibir
sexy kemerah-merahan, tidak kurus juga
tidak gemuk, berhidung mancung, hingga yang paling ekstrim memiliki buah dada
dan bokong yang padat dan kencang. Inilah konstruksi sosial tentang kecantikan
dalam masyarakat modern hari ini. Sebut saja physical beauty atau outer beauty.
Tanpa kita sadari
terutama kaum perempuan; bahwa konstruksi sosial tentang kecantikan yang
disebarkan baik melalui media massa, kontes-kontes kecantikan (Putri Indonesia,
Miss Universe dll), hingga lembaga-lembaga kecantikan seperti ini adalah upaya
kapitalisme untuk meraup keuntungan ekonomi. Dan ia telah berhasil menarik perempuan
ke dalam lingkaran eksploitasi fisik ini.
Kecantikan adalah
jalan menuju sukses dan taraf hidup yang lebih baik adalah slogan yang tersirat
dari berbagai macam cara eksploitasi yang ada. Jarang anda temukan bintang
iklan, bintang film, maupun bintang sinetron yang berperawakan jelek/buruk.
Bahkan pemeran tambahan pun sulit ditemukan yang tidak cantik.
Industri kapitalis dan
materialisme memanfaatkan betul tiap lekuk kecantikan pada perempuan dalam
setiap iklan industri kecantikan. Setiap iklan, baik itu produk kecantikan atau
produk-produk lainnya selalu menyodorkan perempuan dengan kelebihan sisi tubuh
yang ia miliki. Iklan sabun mandi dengan perempuan yang berkulit putih bersih
dan menawan. Shampo dengan perempuan berwajah rupawan, berambut hitam panjang
dan lebat. Begitupun dengan iklan-iklan lainnya.
Apa yang terjadi
kemudian? Kita sering berandai-andai memiliki kecantikan seperti mereka yang
menjadi bintang-bintang iklan tersebut. Setiap shampo yang kita usapkan ke
rambut kita, kita membayangkan memiliki rambut yang sama dengan si bintang
iklan. Demikian sabun, lotion, bedak, make up, dan produk-produk kecantikan
lainnya yang kita gunakan, seringkali terlintas dalam pikiran kita, hasil dari
produk-produk yang kita gunakan adalah kita memiliki kecantikan yang sama
seperti mereka yang ada dalam iklan.
Bahkan tak jarang ada
yang kemudian melakukan operasi kecantikan untuk memperoleh keindahan fisik
sebagaimana yang dikonstruksi sosial dan
iklan-iklan yang berseliweran di stasiun-stasiun televisi dan internet.
Memiliki tubuh langsing, kulit putih dan halus, wajah yang cantik, hidung
mancung dan bibir yang menawan.
Sesungguhnya kita
(perempuan) telah lupa dan buta bahwa sesungguhnya cantik itu relatif. Anda
bisa saja jelek di mata orang lain tetapi tidak di mata orang-orang yang
mencintai, menyayangi dan mengagumimu. Kita tidak sadar bahwa kapitalisme telah
mereduksi nilai kecantikan itu ke dalam cawan yang banal; keindahan fisik
semata. Hingga kita lupa esensi kecantikan yang sebenarnya itu seperti apa. Kapitalisme
telah membatasi dan merekonstruksi kecantikan itu ke dalam bingkai raga;
sesuatu yang pasti akan mengalami monopause. Luntur dan akan usang.
Kapitalisme telah
menciptakan sebuah era yang memandang keindahan itu dari segi fisik
semata/outer beauty. Sehingga kita lupa kecantikan yang sebenarnya; Inner
beauty.
Apa itu inner beauty?
Ia adalah kecakapan dan kecerdasan. Kebaikan dan kasih sayang. Apakah hanya
demikian saja kecantikan itu? Tidak. Lebih jauh, agama telah memberikan
pandangan tentang kecantikan itu sendiri. Bahwa, kecantikan perempuan itu tidak
terletak pada pakaian yang ia kenakan, bukan pada kehalusan wajah dan bentuk
tubuhnya yang sexy. Tetapi pada matanya; cara ia memandang dunia. Karena di
matanyalah terletak gerbang menuju ke setiap hati manusia di mana cinta dapat
berkembang.
Mengutip apa yang
dikatakan ustad Muhsin Labib;
v Bibir menawan adalah bibir yang mengeluarkan
kata-kata kebaikan kepada setiap orang.
v Mata yang indah adalah mata yang tak henti
mencari kebaikan dan kelebihan orang lain.
v Badan yang langsing adalah badan yang
membungkus jiwa yang senantiasa berbagi makanan dengan orang yang lapar dan
susah.
v Rambut yang memikat adalah rambut yang
menghiasi kepala manusia yang selalu tunduk saat menyapa orang lain.