Banner 468 x 60px

 

Friday, April 28, 2017

Musafir Cinta

0 komentar
Jauh pandang kaulepas hingga ke semak belukar
Berjejer pepohonan tua berselimutkan lumut
Meski tertutup mendung sore yang pekat
Hingga membatasi jarak dan pandangmu
Namun, tidak demkikian hasrat itu, kabur dan sirna

Tetesan embun jatuh di telapak tanganmu
Tetesan air laksana mutiara itu telah menyapamu
Yah, kamu, aku dan kita
Embun itu…..
Telah merasuki kulit lembutmu
Merambat naik mengobati dahagamu

Tidakkah jiwa itu telah lama kering dan tandus?
Bukankan sukma itu telah lama kerontang dan terbakar?
Hingga kau lupa membasuhnya dengan embun cinta dan kasih sayang?
Ah, sudah terlalu lama dinda
Kita membakar jiwa ini dengan bara ego, sombong dan dengki
Mendung duka telah lama menggerogoti urat-urat nadi

Bibir itu, telah lama luput memuja-Nya
Kita mengunyah caci maki dan umpatan
Mata itu, telah lama tidak menemukan keindahan-Nya
Kita menatap pertikaan, pembantaian dan kemanusiaan yang hilang
Telinga itu, telah lama tersumbat dari panggilan-Nya
Mendengar nyanyian lagu dengki dan kebisingan kosong
Tangan itu, sudah sering meraup kerusakan
Menyentuh apa yang tidak mesti disentuh, membongkar dan menghancurkan
Kaki itu, telah lama melangkah dalam kesendirian
Menginjak-injak kemanusiaan dan menari dengan gaya Hitler
Hati itu, telah lama beku dan mengkristal
Dengan siraman air kesombongan sang Iblis

Sejenak resapi kelembutan embun yang mengenaimu
Dengarkan kicau burung dan desir dahan kering yang ditiup angin
Pejamkan matamu
Biarkan tubuhmu diselimuti mendung
Hingga api rindu pada Muhammad membakar hati yang telah lama beku dan mengkristal itu
Tataplah senyum cinta kasih  Sang Nabi, Kekasih Tuhan itu
Hingga engkau dapat merasakan gemuruh Shalawat dan Tasbih sang semesta
Di cagar yang penuh kedamaian dan ketenangan ini, Mutis

0 komentar:

Post a Comment

 
ZN _ LEFOKISSU © 2017