Banner 468 x 60px

 

Tuesday, April 18, 2017

Hasrat Cinta Yang Tertunda Di Cagar Mutis

0 komentar
Bersama adinda Faridha
Layaknya seorang musafir yang menjumpai danau di tengah gurun pasir, namun ia harus tetap menahan dahaganya lantaran danau yang ia temukan airnya mengandung racun. Seperti itulah gambaran kondisi kami 21 orang yang ingin menaklukan puncak gunung Mutis. Layaknya seorang pecinta yang terbakar api rindu di kedalaman lembah hati namun dipadamkan oleh setetes air. Bukan karena api rindu itu tak mampu menghanguskan, namun kesejukan air itulah yang telah menahan hasrat perjumpaan suci yang diidamkan. Bukan karena yang dicinta tak ingin dijumpai, tapi kami –para pecinta- inilah yang belum siap berjumpa dengan yang tercinta.
Gunung Mutis, puncak tertinggi dengan sejuta pesona telah menjelma bidadari bagi 16 pria dan bidadara bagi 5 wanita. Dalam ngarai hati ia memanggil dengan gemercik. Tetesan cintanya jatuh di pelepah hati yang mulai terbakar. Pada dedaunan rumput hijau dan pepohonan yang menjulang tinggi ia menampakan seribu pesona. Udara sejuk dan sungai yang mengalir dengan lembut menusuk jantung dan membasahi mata adalah seribu pesona lainnya yang menggoda. Ia menari-nari bak lautan yang tertiup angin. Memabukan dan meninabobokan hati yang kian terpana oleh jelitanya hamparan cinta yang tiada henti-hentinya ia suguhkan.
Hasrat cinta 21 muda mudi dijalin dalam lantunan doa Alfatihah sebagai pembuka jalan bagi langkah-langkah kecil yang bergerak menuju puncak. Selangkah demi selangkah, setahap demi setahap ayunan kaki dan gandengan tangan bergerak menyusuri jalan bebatuan. Memanjati jalanan berbukit kemudian menuruni. Memasuki hutan-hutan dan menerobosi kegelapannya. Sesekali rembulan muncul dibalik pepohonan menerangi langkah-langkah kecil kami lalu kembali bersembunyi di balik pepohonan yang lebat. Namun lima rembulan yang menyertai kami terus menerangi sudut-sudut jalan yang kami lalui. Lima rembulan yang tak pernah padam oleh ganasnya malam di cagar yang pekat. Semangat kebesaran dan api cinta yang terus dinyalakan oleh mereka adalah api semangat bagi kami. Lelah menjadi tak terasa. Dingin menjadi  tak  bermakna. Gelap menjadi tak berarti. Kebersamaan menjadi begitu bernilai. Tentu nilai bukanlah harga; yang bisa diperhitungkan kemudian dibayar.
Nilai adalah cinta. Ia dibangun dengan kebersamaan dan keintiman. Ia tidak menciptakan jarak, namun ia mempererat jarak. Ia tidak membentuk sudut, tapi lingkaran. Karena lingkaran menjadikan cinta mengalir tanpa henti, tanpa ada yang mengambil bagian paling besar.
Tak henti-hentinya rasa kagum menerobos dibalik pepohonan. Bersarang di bilik-bilik hati kemudian memancar seperti sinar rembulan yang ingin bersua dengan bumi. Kekaguman itu tidak beranjak, walau barang sedikitpun. Ia menciptakan vibrasi yang kuat. Terus menekan di kedalaman hati para pejuang cinta, cinta akan alam Mutis dan kebesaran Ilahi. Sudi kiranya vibrasi itu mengalir merasuki kebekuan yang kian menerpa dan telapak-telapak kaki yang mulai lunglai.
Namun sayang, jalan cinta bukanlah jalan yang tanpa rintangan. Para pecinta harus mengarungi lipatan-lipatan ruang dan waktu. Memotong rantai-rantai yang melilit kaki dan membelenggukan hati. Memecahkan kebekuan yang mengkristal di jantung pertahanan hati. Sebuah langkah yang belum mampu kami pecahkan. Meski api cinta dalam dada terus menyala-nyala. Langkah kaki harus kami undurkan. Bukan karena kami tak ingin menggapai puncak, tapi untuk membakar kembali hasrat cinta dan mempersiapkan hati agar pantas berada dipuncak bersama nantinya.
Perjalanan ini telah menghadirkan rasa rindu yang mendalam, rindu ingin menapaki kaki di puncak Gunung Mutis bersama 21 hati yang berpaut dalam kebersamaan “Komunitas Pecinta Alam” dengan satu slogan; “Mencintai alam adalah mencintai semua yang ada di dalamnya, hari ini dan untuk esok”.
Komunitas Pecinta Alam HMI Cabang Kupang
Pertemuan melahirkan rasa rindu. Rasa rindu menghadirkan cinta. Cinta adalah bahan bakar untuk terus merindu hingga perindu jatuh sakit. Maka, sebaik-baik obatnya adalah pertemuan. Maukah kita obati rasa rindu ini suatu waktu kelak?????????
Mari obati rasa cinta yang sempat tertunda di cagar Mutis dengan memantaskan diri berdiri di ketinggian puncaknya sambil menikmati rahmat ilahi yang terbit di ufuk timur yang bernama mentari. Kita temukan mentari kita di puncak gunung Mutis sehingga menerangi sisa perjalanan hidup kita nantinya.
Salam cinta dan rindu kami untuk puncak Mutis.!!

0 komentar:

Post a Comment

 
ZN _ LEFOKISSU © 2017