Banner 468 x 60px

 

Tuesday, May 24, 2016

LELUHURKU, PARA PENCIPTA SURGA

0 komentar
Hari itu, jumat 17 agustus 1945 adalah momentum pemutusan mata rantai kolonialisme setelah lebih kurang tiga seperdua abad melilit tubuh anak-anak ibu pertiwi. Momentum yang paling dicitakan oleh leluhur kita yakni terbebas dari kungkungan belenggu kolonialisme.
Para leluhur kita adalah para militant sejati. Militant yang melenyapkan diri mereka sendiri untuk menjadi sesuatu yang efektiv, menggetarkan serta mengalahkan para kolonialis. Mereka adalah orang-orang yang memobilisasi massa, memimpin gerilya, dan berjuang di medan pertempuran demi satu kata, Kemerdekaan. Dan demi satu nama, Indonesia.
Bagi mereka perlawanan adalah sebuah keniscayaan, membunuh atau terbunuh. Keterpaksaan menjalani kekejaman dan pembunuhan adalah keharusan agar para penjajah yang ada di tanah milik mereka tidak berbuat semena-mena terhadap mereka. Sebuah perlawanan yang tumbuh dari nurani yang sadar akan ketidakadilan dan keterjajahan. Sebuah perlawanan bukan atas doktrin ajaran yang sifatnya memaksa, tetapi sebuah doktrin yang murni bangkit dari jiwa-jiwa yang tertindas.
Ada sebuah paradoksal dalam diri para leluhur kita ini, dosa bagi mereka adalah amal. Membunuh bagi mereka adalah ibadah. “Kemanusianku kukorbankan”, kata Saaman dalam novel Keluarga Gerilya Pramoedya Ananta Toer. Begitu pula mungkin yang terlintas dalam benak leluhur kita kala itu.
Menarik untuk membandingkannya dengan para pejuang seperti ISIS, Al Qaedah, Zionis dan sejenisnya. Para militant ini seperti para patriot leluhur kita, mereka juga berkorban untuk sesuatu yang lebih besar dari diri mereka. Maka tak ayal tindakan dan perjuangan mereka dapat mempesona sebagian besar orang yang kemudian memandang mereka sebagai Super Hero. Dengan dibaluti doktrin yang mereka pungut dari sumber-sumber agama mereka maka bertambalah keterpesonaan orang-orang yang memandang mereka sebagai Super Hero itu. Mereka adalah orang-orang yang tak punya dorongan jiwa untuk mencapai sisi kemanusiaan yang luhur dan agung. Mereka adalah para generasi yang bosan. Generasi yang bosan ini pun dengan mudah terpikat oleh mereka yang mempresentasikan dunia seperti Star Wars di muka bumi. Kebosanan yang ekstream dihabisi dengan aksi yang ekstream merangsang sensasi, menyandera, membantai, memenggal kepala, bom bunuh diri adalah kebuasan yang mereka timbulkan.
Dengan memakai jubah agama, dengan doktrin yang dramatis dan dahsyat, para milisi ini berhasil mengerahkan anak-anak muda yang putus pengharapan agar bersiap mengorbankan diri mereka. Dengan iming-iming kehidupan surga.
Tapi berbeda dengan para leluhur kita. Mereka adalah para teroris pejuang revolusioner yang berjuang bukan karena mengharapkan surga, bukan lantaran mereka tidak percaya dengan adanya surga itu. Mereka lebih percaya hidup di dunia yang lebih baik bagi banyak orang. Sebaliknya seorang militant Bom Bunuh diri “pengantin surga” dalam terorisme ISIS dan lainnya; mereka yakin akan adanya balasan surga yang penuh kenikmatan dan dipenuhi bidadari-bidadari yang siap menikahi mereka.
Maka jelas, para pejuang teroris ISIS dan sejenisnya ini tujuan mereka bukanlah untuk kebaikan universal, melainkan untuk kebaikan particular. Yakni untuk kemenangan agama mereka, bahkan bukan untuk keseluruhan agama mereka melainkan agama doktrinan kelompok mereka. Kemenangan ini pun pada akhirnya mengkapling surga untuk seorang individu dan menampik orang lain.
Sangat kontras dengan para patriot negri kita. Perjuangan, pengorbanan, dan pemberontakan mereka terhadap keadaan yang menindas mereka, kesemuanya itu adalah bukan hanya untuk membebaskan kelompok mereka atau indvidu yang berjuang saja. Mereka tidak menciptakan surga yang mereka kapling sendiri melainkan mereka menciptakan surga demi bangsa ini, surga demi segenap kemanusiaan. Itulah para teroris sejati yang telah berjuang membebaskan negri kita dari belenggu kolonialisme. Mari sejenak kita menundukan hati seraya berdoa agar para jihadis, leluhur kita ini, mendapat rahmat dan kasih sayang dari sang khalik.
Dan Aku pun dengan bangga mengangkat kopiku ini sebagai salam cintaku pada kalian duhai leluhur-leluhurku. Kiranya Rahmat Tuhan adalah sebaik-baik balasan buat kalian. Amiiiiiinn……
Read more...

Tuesday, May 17, 2016

MENATAP SEMESTA, NASEHAT SANG BUKU

0 komentar

Duhai sang pencipta peradaban, janganlah engkau meninggalkan aku dalam bait (baca; rak/rumah) seperti engkau menghiasi lemari kaca mu dengan emas permata yang kilaunya menyilaukan mata. Aku bukanlah mereka (emas permata) yang mahal nilai uangnya sehingga harus engkau jaga dalam bait-bait mu, yang engkau takut dirampok di saat engkau membawa ku keluar. Aku juga bukanlah gandum yang bisa menutrisi perutmu dari rasa lapar, ataupun sekedar air tawar yang mampu menghapus dahaga mu dari teriknya mentari.
Tapi percayalah duhai pengurus semesta, aku dapat memuaskan mu lebih dari sekedar emas permata, dapat menutrisi perutmu lebih kenyang dari sekedar gandum dan dapat membasahi dahagamu bak musafir di tengah gurun yang merindukan hujan. Aku dapat menawarkan diri lebih dari semuanya itu jikalau saja engkau menjadikanku sebagai kekasihmu. Duhai makhluk yang dimahkotai dengan akal. Akal mu tiada akan berfungsi sebelum aku menjadi ratu gizi mu untuk membentuknya menjadi dewasa dan sempurna.
Aku hanya akan dianggap sebagai onggokan sampah jikalau kerinduanku menjadi kekasihmu tak terbalas. Tubuhku akan dipenuhi debu, dan entah berapa lama lagi sang rayap merenggut kesucianku. Kesucian yang sangat ingin sekali kuberikan kepadamu. Maka pacarilah aku dan renggut semua kesucianku ini, janganlah satu helaian bagian tubuhku luput dari birahimu duhai umatnya Muhammad.
Tahukah engkau, bahwa kekasihmu Muhammad adalah orang yang paling utama dalam menggumuliku? Dia telah menggumuliku dalam arti yang sebenar-benarnya dan dalam bentuk yang berbeda dari mainstream orang semasanya. Dia mencintaiku dalam bentuk makrokosmos, bukan lagi dalam bentuk mikrokosmos. Dan itulah yang sebenarnya diinginkan Tuhannya ketika memerintahkan Jibril untuk menyuruhnya melihat (baca; membaca) ku.
Duhai pemilik sifat-sifatnya Tuhan, gumulilah dan hayati makna dari yang ada dalam diri ini. Diri ini adalah jendela bagi mu sebelum mengeja semesta dan jalan menuju jati dirimu, yakni menjadi manusia seutuhnya (insan kamil).
Ketahuilah, diri ini bisa menciptakan insang bagi mu agar engkau lebih dalam menyelami samudra pengetahuan. Dan diri ini bisa pula menciptakan sayap bagi mu yang tiap kepakannya mengantarkan mu menjelajahi ketakterbatasan ruang semesta penuh pengetahuan.
Cobalah sesekali ceburkan dirimu dalam lorong-lorong waktu bersama ku, jamahlah tiap kata-kata dalam diri ini dengan akal pikiran mu. Berenanglah dalam hikmah firman-firman tuhanmu serta tulisan orang-orang suci dan masyhur yang pernah hidup.
Duhai sang penerus soekarno, coba dengarkan teriakan lantang sang proklamator mu itu “siapa yang punya imajinasi masa depan , maka dialah yang akan dimenangkan oleh sejarah.” Indah sekali bukan? Ketahuilah engkau, bahwa beliau, soekarno adalah seorang penikmat ku (buku). Sewaktu kecil ia menghabiskan waktunya di perpustakaan milik ayahnya, tiap buku ayahnya ia lahap bak seorang bayi yang selalu merengek meminta tetek pada ibunya. Ia pun adalah salah satu penulis besar dengan gagasan-gagasan besar miliknya yang menawarkan nilai tambah pada diri ku bagi penerus-penerusnya seperti kalian ini. Tidakkah engkau ketahui bahwa ketampanan nya menjadi begitu sempurna berkat diri ini yang telah membentuk mercusuar mimpi, pemikiran dan gerakan kemanusiaan yang melekat pada dirinya? Dan ketahuilah juga bahwa diri ini pula yang telah merakit sayapnya sehingga dirinya dengan pemikirannya dapat terbang melintasi jamannya dalam membela nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Ingatlah! Einstein juga pernah mengatakan “imajinasi adalah segalanya. Ini adalah preview kehidupan akan datang. Imajinasi lebih penting dari pada pengetahuan”. Tapi dapatkah engkau berimajinasi tanpa sebuah rangsangan? Diriku inilah sebaik-baiknya rangsangan imajinasi. Maka bacalah aku baik dalam skala mikro maupun makro!
Duhai al insan, jikaulau engkau ingin seperti Muhammad, Soekarno, Eisntein, Newton atau orang-orang hebat lainnya yang pernah ada, maka dengarlah seruan kerinduanku dan terimalah aku menjadi tambatan hati mu kini dan seterusnya.
Tahukah engkau, kalimat seruan bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan adalah sebuah paradigma tauhid yang menolak pemisahan ilmu pengetahuan (sains) dan agama, akal dan wahyu, atau buku/alquran dan alam semesta.
Read more...

Thursday, May 5, 2016

KETIKA ADAM MENCICIPI MAKANAN MODERN

0 komentar
Dunia yang kita kenal saat ini adalah sebagai sebuah tatanan kehidupan yang melangkah jauh meninggalkan peradaban kuno/kolot. Salah satunya ditandai dengan perkembangan informasi dan teknologi yang tak bisa dibendung oleh kekuatan apapun. Selain dari bidang informasi dan teknologi, juga di bidang kesehatan, ekonomi, militer, politik, fashion dan masih banyak lagi perkembangan di bidang-bidang lainnya yang turut serta dalam migrasi peradaban manusia saat ini. Bahkan kuliner sekalipun tak mau ketinggalan.
Kuliner mengambil bagian penting dalam migrasi peradaban ini yakni sebagai pelayan perut manusia. Dengan perkembangan informasi dan teknologi serta penemuan zat-zat baru dalam bidang sains, kuliner/makanan-makanan pun kini telah mengalami dikotomi. Makanan-makanan yang disediakan oleh alam (saya menyebutnya makanan adam) ditempatkan pada cluster bawah atau disebut juga makanan kampungan. Masyarakat baik dari kalangan kelas ekonomi atas maupun menengah bahkan yang kelas ekonomi bawah hampir rata-rata memandang rendah menu makanan adam seperti buah-buahan (yang langsung dari kebun), singkong, jagung ketemak, jagung bose, gatot/kurajafa hanakulung, nagasari/songkol, sayuran, ikan, daging (yang di olah secara sederhana tanpa banyak menggunakan bahan-bahan dari pabrik) dan menu-menu lainnya yang belum banyak tercemari oleh bahan-bahan pabrik. Masyarakat lebih tertarik dengan makanan dan minuman kota, bahkan yang sifatnya internasional seperti McDonald, Pizza Huts, Burger, Es Krim, Soft Drinks, Aneka Jus, Susu dan lain sebagainya terutama yang tergolong makanan dan minuman cepat saji.
Padahal, dengan atau tanpa sadar kita telah membunuh diri kita dan keluarga kita secara perlahan dengan makanan-makanan yang malnutrisi dan beracun. Kita meninggalkan makanan nenek moyang kita yang penuh dengan kandungan gizi, makanan yang bisa menghidupkan kita jauh lebih lama dengan kondisi kesehatan yang lebih baik hanya lantaran kita terpesona oleh tampilan, aroma, rasa, proses pembuatannya yang cepat serta hegemoni pasar kapitalis yang menghipnotis alam bawa sadar kita dan dengan dikotomi stratak sosialnya.
Tom McGregor, dalam The Perfect Diet, menulis : “kita telah jauh meninggalkan keindahan surga Aden. Telah lama kita melupakan diet sempurna yang bergantung matang dari setiap cabang pohon. Buah-buahan yang dirancang dengan susunan molekul yang tepat untuk memelihara tubuh sudah digantikan dengan makanan yang dikemas secara kreatif, diawetkan secara kimiawi, diberi rasa buatan, ditingkatkan teksturnya, diberi warna, diberi lemak (fattened), dimaniskan, difortifikasi secara sintetik, dan dapat dihangatkan di mikrowiv. Dengan begitu, dalam beberapa menit, makanan sudah pindah dari kulkas ke meja makan.
Makanan-makanan itu begitu mengundang selera bahkan sebelum kita mencicipinya, hanya dengan memandangnya saja kita tergoda untuk menyantapnya tanpa memperhatikan unsur-unsur berbahayanya (ingredients). Ditambah lagi pihak pembuat merahasiakan unsur-unsur campuran makanan tersebut yang dikatakan sebagai resep rahasia sehingga tidak mau dipublikasikan. Serta diperparah lagi dengan sifat rakus kita sehingga langsung menyantap tanpa mempedulikan zat-zat kimia berbahaya yang terkandung di dalamnya seperti pestisida, MSG, preservatives, chemical flavors, buffers, noxious sprays, alkalizers, acidifiers, deodorants, moisteners, drying agents, expanders, modifiers, emulsifiers, stabilizers, thickeners, clarifiers, disinfectants, defoliants, fungicides, neutralizers, anticaking and antifoaming agents, hydrolyzers, hydrogenators, herbicides, synthetic hormones, antibiotics, dan steroid.
Untuk menyedapkan makanan misalnya, produsen memasukan MSG, monosodium glutamate yang merupakan asam amino yang dipergunakan untuk otak. Menurut penelitian Dr. John W. Olany dari the University School of Medicine, St. Louis , mengetes MSG dengan menginjeksikannya pada anak tikus. Sel-sel syaraf tikus, terutama pada hipothalamus, membengkak secara dramatis. Dalam beberapa jam, sel-sel itu mati.
Untuk mengawetkan sayuran dan daging ditambahkan sodium nitrat. Tanpa pengawet ini, sayuran dan daging akan kelihatan jelek serta cepat rusak dan membusuk. Sodium nitrat ini akan diubah menjadi asam nitrat di dalam perut kita, dan diduga keras sebagai penyebab kanker perut. Dan masih banyak lagi zat-zat kimia dalam bahan makanan modern yang membutuhkan pakar berkompeten dalam bidang ini untuk menguraikannya dalam lembaran lembaran kertas yang lebih banyak lagi. Dan saya bukanlah ahlinya, sehingga saya hanya bisa memaparkan sejauh yang say abaca dan ketahui saja.
Seandainya Adam dan Hawa kita bawa kemari untuk mencicipi makanan-makanan kita di perkotaan, mereka pasti akan syok. Gejala yang ditimbulkan akibat reaksi zat-zat kimia berbahaya dalam perut mereka yang tak terbiasa dengan semuanya itu membuat mereka panic dan bingung. Sakit yang belum pernah mereka derita sebelumnya, hari ini mereka rasakan, kondisi fisik mereka yang senantiasa bugar berubah menjadi lemah dan berpenyakit. Tak menutup kemungkinan mereka yang dahulunya berumur panjang, karena akibat sering mencicipi makanan modernnya kita, umur mereka pun bisa dipastikan tak akan mencapai usia seperti dahulu bahkan untuk berusia seratus tahun pun sepertinya mustahil.
Singkatnya makanan kita sekarang ini telah merusak kita dan menggemukan kaum kapitalis yang tertawa di atas penderitaan kita. So, sering-seringlah kita bernostalgia dengan makanan surga yang dahulu sering di santap nenek moyang kita, Adam dan Hawa atau yang sekarang kita kenal dengan pangan lokal.

Read more...

Wednesday, May 4, 2016

CAUSALITAS VS RELATIVITAS ALBERT EINSTEIN

0 komentar
Menurut teori relativitas Einstein bahwa waktu dan ruang dapat mengalami perubahan dalam kelajuan cahaya (C), dan dalam kelajuan cahaya (C) ruang bisa di perpendek, dan waktu bisa di perlambat serta apabila kecepatan melebihi kelajuan cahaya maka waktu dapat berjalan mundur.
Waktu dalam pandangan relativitas umum Einstein ini kita ibaratlkan seperti garis bilangan yang mana waktu dapat bernilai positif, netral/nol, dan juga negative. Waktu akan bernilai positif apabila laju yang bekerja adalah minus kecepatan cahaya (C). Waktu akan bernilai nol apabila laju sama dengan kecepatan cahaya (C). Dan waktu akan bernilai negative apabila melebihi kecepatan cahaya (C).
Berdasarkan logika ini maka waktu akan berhenti berjalan pada sebuah benda ketika melaju dengan kecepatan cahaya, dan akan berjalan mundur (minus) apabila benda tersebut melejit melebihi kecepatan cahaya.
Pertanyaan kemudian adalah apakah waktu dapat berjalan mundur ketika bergerak melebihi kecepatan cahaya dan waktu akan berhenti berjalan (0) apabila bergerak setara kecepatan cahaya?
Pertanyaa ini akan coba kita jawab dengan menggunakan pendekatan hukum causalitas/sebab akibat. Causalitas meniscayakan tiap akibat/kejadian memiliki sebab. Causalitas juga meniscayakan bahwa sebab akan selalu mendahuli akibat.
Sebelum kita jabarkan lebih jauh antara hukum relativitas umum dengan causalitas terlebih dahulu kita perlu mengetahui waktu itu sendiri. Waktu dalam ilmu fisika adalah besaran yang menyatakan lamanya suatu kejadian atau gerak (perubahan). Artinya waktu menjadi akibat dari adanya suatu gerak atau kejadian.
Pada permasalahan waktu diatas bahwa waktu dapat berjalan mundur apabila melejit diatas kecepatan cahaya dapat kita artikan, ketika sebuah materi bergerak dengan kecepatan diatas C maka waktu akan berajalan mundur (kembali ke masa lalu) sehingga benda tersebut akan berada pada waktu yang sudah pernah ia lewati. Berdasrkan kedudukan waktu hal ini berarti pula bahwasannya akibat tersebut (benda yg ke masa lalu dengan adanya waktu yang berjalan mundur) akan lebih dahulu hadir daripada penyebab benda tersebut ke masa lalu.
Secara sederhana kita misalkan sebuah benda mula-mula pada titik nol dengan waktu nol (t0) lalu diberikan kecepatan  lebih besar C sehingga waktu berjalan mundur (-). Dimana sebab (C) yang diberikan masih berada pada titik nol. Maka yang akan terjadi adalah kita melihat benda berada pada posisi negative dan kecepatan (C) sebagai sebab berada pada titik nol. Artinya kecepatan (C)/sebab berada mendahului waktu atau benda yang sudah berada pada titik minus. Artinya juga secara tahapan waktu, akibat (waktu dan benda) akan mendahului sebab (C). 
Berdasarkan hukum causalitas maka adalah sebuah kemustahilan adanya akibat mendahului sebab. Dengan demikian maka hanya ada satu kemungkinan yang terjadi yaitu waktu/benda tidak akan berjalan mundur sekalipun kecepatan melebihi kecepatan cahaya diberikan.
Lalu apakah waktu akan berhenti berjalan (0) apabila kecepatan yang diberikan sama dengan C?
Ketika sebuah gerak menghantarkan waktu sampai pada t=0 artinya t tidak lagi berjalan atau tidak ada waktu yang bekerja pada saat itu artinya juga tidak ada akibat dari gerak yang ada. Maka sesuai uraian kita sebelumnya bahwa waktu adalah akibat dari gerak/kejadian menjadi salah apabila kita mengatakan waktu berhenti berjalan pada kecepatan sama dengan kecepatan cahaya. Pun hukum causalitas yang menyatakan setiap sebab pasti menghasilkan akibat menjadi salah.
Sebuah kemustahilan lagi, sebab tak menghasilkan akibat. Sehingga meniscayakan kita untuk menolak pernyataan/teori relativitas umum bahwa waktu akan diam/berhenti berjalan ketika sebuah benda bergerak dengan kecepatan cahaya.
Gerak meniscayakan adanya perpindahan kedudukan suatu materi. Gerak juga dapat kita artikan sebagai sebuah perubahan waktu menuju kearah depan, tak mungkin diam atau statis bahkan mundur.
Ketika sebuah benda dalam keadaan gerak baik itu dengan kecepatan mendekati, sama atau bahkan diatas kecepatan cahaya maka waktu hanya akan mendekati nol. Tetapi tidak akan pernah nol bahkan minus. Waktu hanya akan menjadi nol, apabila tidak terjadi gerak sama sekali yang bekerja. Atau tidak ada sebab (gerak) barulah waktu/akibat akan menjadi nol atau tidak ada.
Kita misalkan dua buah benda A dan B menempuh jarak 1000 KM. Benda A akan menempuh jarak tersebut dengan waktu tiga jam dan benda B hanya 30 menit. Benda A membutuhkan waktu lebih lama daripada benda B untuk mencapai jarak yang sama. Namun ketika benda B bergerak dengan waktu yang sama seperti benda A maka benda B akan mencapai jarak 6000 KM/3jam sementara benda A hanya mampu menempuh jarak 1000 KM saja.
Ketika benda B terus ditambah kecepatannya dalam menempuh jarak 1000 KM maka waktu pun akan semakin sedikit diperlukan dan jarak yang ditempuh sesuai waktu yang diperlukan benda A oleh benda B akan semakin panjang/banyak.
Waktu tidak akan menjadi nol maupun minus selain dibuktikan dengan causalitas juga dapat dengan teks-teks suci agama samawi. Misalnya tentang penciptaan alam semesta, diyakini baik oleh umat yahudi, kristiani, maupun islam bahwa alam diciptakan dalam 6 masa menurut perhitungan Tuhan.
Tak dapat kita pungkiri bahwasannya untuk menghasilkan alam semesta seperti saat ini dari sebuah titik (big bang) membutuhkan kecepatan yang begitu besar bahkan melebihi kecepatan cahaya barulah alam ini terbentuk. Itupun oleh Tuhan membutuhkan 6 masa/hari. Artinya dengan kecepatan sebesar itu waktu tidak berjalan mundur ataupun berhenti (0). Dan dari ledakan big bang ini yang dengan kecepatan jauh melebihi kecepatan cahaya waktu dan materi bergerak maju dari sebuah titik menjadi alam makrokosmos seperti yang ada saat ini.
Didalam islam misalnya mempercayai malaikat tercipta dari nur/cahaya saja pun ketika menghadap Allah membutuhkan waktu ribuan Tahun untuk bisa sampai. Ini menunjukan bahwasannya waktu itu senantiasa berjalan selama gerak itu terjadi.
Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa waktu tidak akan berhenti ataupun berjalan mundur selama terjadinya gerak. Kecepatan akan memperpendek waktu dan memperluas ruang. Sehingga orang yang bergerak cepat mencapai satu titik (jarak dibatasi) maka waktu yang ia perlukan menjadi pendek/sedikit dan ketika bergerak dalam selang waktu tertentu (waktu dibatasi) maka ruang/jarak yang ditempuh akan panjang/sedikit. Seberapa pun besar kecepatan yang diberikan pada sebuah benda, itu tidak akan mengakibatkan benda tersebut berhenti bergerak (t0) atau ke masa lalu (t-) tetapi hanya akan mendekati t0. Sehingga kita hampir tidak dapat melihat proses gerak yang terjadi. Seolah sebab dan akibat terjadi secara bersamaan. Hal ini dapat kita anologikan seperti pada matahari. Manakah yang lebih dahulu ada, matahari atau cahayanya? Tentu yang lebih dahulu adalah matahari, walaupun seolah bersamaan. Tetapi kita dapat memisahkan mana yang lebih dahulu ada. Hal ini tentu karena waktu yang begitu kecil (mendekati nol) sehingga sangat sulit bagi kita untuk memisahkannya.
Read more...

BELAJAR ARTI MEMIMPIN DARI ANGSA

0 komentar


Angsa adalah sejenis burung air berukuran besar yang dapat terbang. Kawanan angsa biasanya bermigrasi dari suatu tempat ke wilayah yang lain dengan mengikuti siklus pergantian musim. Cara mereka bermigrasi dilakukan bersama sama untuk melestarikan keberlanjutan populasi mereka dan merupakan mekanisme alamiah untuk menyelamatkan diri dari ancaman alam.
Kawanan angsa terbang secara berkelompok dengan cara mengikuti salah seekor angsa yang terbang di barisan paling depan. Sepanjang perjalanan tersebut, seluruh kawanan terbang membentuk sebuah formasi di belakang pemimpinnya, yang terlihat berbentuk huruf “V” atau sering disebut formasi V.
Setelah pemimpin formasi merasa lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya. Pergantian ini sengaja dilakukan agar angsa yang sudah kelelahan tersebut dapat membugarkan kondisi fisiknya kembali.
Ternyata, angsa saja mengetahui kapan saatnya dia memimpin dan kapan saatnya dia rehat. Sang pemimpin tidak akan memaksakan dirinya untuk terus memimpin demi keselamatan seluruh kawanan tersebut. Kerja sama mereka dapat berlangsung secara efektiv dan sangat menakjubkan.
Sebaliknya para penguasa duniawi sering mendekap erat-erat kekuasaan mereka tanpa kesedaiaan digantikan. Artinya perbuatan mereka lebih dominan sebagai penguasa, alih-alih seorang pemimpin. Padahal tuntutan perubahan dan penyegaran adalah sebuah siklus alami, yang memastikan pencapaiaan tujuan kebaikan dan kesejahteraan bersama. Tidak banyak pemimpin yang benar-benar memahami tentang pentingnya fungsi regenerasi. Maka pertanyaannya adalah apakah kawanan angsa itu lebih bijak dari masyarakat manusia?
Selain itu, angsa yang memimpin sering bersuara melengking, seolah bermaksud menyemangati seluruh kawanan tersebut. Begitupun kawanan yang dipimpinnya, mereka juga mengeluarkan suara riuh rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang tetap terjaga.
Ini pula yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin dan juga orang-orang yang dipimpinnya. Dukungan dan saling support dari sang pemimpin dengan rakyatnya sangatlah diperlukan demi menjaga keutuhan tatanan masyarakat tersebut. Pelajaran dari angsa, bagi pemimpin dan rakyatnya untuk saling support ini juga sudah digambarkan lewat filosofi kepemimpinnya Ki Hajar Dewantara. Ing Ngarsa Sung Tuladah, yang di depan memberikan contoh. Ing Madya Mangun Karsa, ketika di tengah harus bisa mampu memberikan semangat atau motivasi. Dan Tut Wuri Handayani, dan apabila berada di belakang harus bisa mendorong . Kesemuanya ini dilakukan demi terciptanya sebuah tatanan masyarakat yang maju sehingga membentuk sebuah peradaban baru yang lebih baik.
Itulah pelajaran berharga dari makhluk tak berakal yang bernama angsa.
Read more...

WUDHU dan SENTUHAN dalam TAKARAN BUNDA MARYAM

0 komentar
W
udhu merupakan syarat pertama bagi seseorang yang hendak melakukan ibadah shalat. Dalam terminologinya, wudhu adalah ritual membersihkan (menyucikan) diri dengan membasuh muka, kepala, tangan dan kaki dengan menggunakan air bersih dan menyucikan.
Seperti halnya ibadah lain semisal puasa dan shalat, wudhu pun bisa dinilai batal lantaran beberapa hal yang kita kerjakan. Begitu banyak referensi yang menyebutkan apa-apa saja yang membatalkan wudhu, namun yang bagi saya menarik dikaji kali ini ialah batalnya wudhu seseorang yang bersentuhan dengan orang lain yang bukan mahramnya. Lebih khusus lagi, batalnya wudhu seorang lelaki ketika bersentuhan dengan perempuan (yang bukan mahramnya).
Sekali waktu dulu saat bersekolah di Madrasah Aliyah, pernah saya bertanya kepada guru agama terkait hal ini. Sang Guru sontak memaparkan barisan dalil yang mendukung batalnya wudhu karena bersentuhan dengan kaum hawa. Ada beberapa hadits tentang wudhu dan hal-hal yang membatalkan wudhu, terlebih Surat Al Maidah Ayat 6 yang salah satu kalimatnya mengharuskan kita berwudhu atau bertayamum (jika tidak ada air) apabila kita (lelaki) “bersentuhan dengan perempuan”. Saya ingat sempat menyanggah pendapat Sang Guru dengan dalil (hadits) lain di mana Yang Mulia Nabi pernah dalam keadaan berwudhu menciumi salah satu istrinya ketika hendak shalat di masjid. Nabi tidak berwudhu lagi selepas itu, dan langsung mengerjakan shalat. Mendengar sanggahan tersebut, guru saya memberi penjelasan tambahan bahwa boleh saja menyentuh perempuan lain selain mahram saat berwudhu, asal tidak dengan nafsu. Dengan segala keterbatasan dan minimnya rasa ingin tahu, sat itu saya begitu saja  menerima jawaban tersebut tanpa mencoba mengkaji lebih dalam.
Beberapa tahun kemudian, proses belajar mengantarkan saya pada keinginan untuk mencari tahu lebih dalam, termasuk masalah wudhu tadi. Memang ini adalah masalah khilafiyah, di mana setiap orang dengan kedalaman berfikirnya bisa saja berbeda dalam memaknai ayat atau hadits. Lagi-lagi tentang batalnya wudhu lelaki yang bersentuhan dengan perempuan bukan mahram atau sebaliknya; ada yang memandang perlu berwudhu ulang, ada yang tidak. Perbedaan seperti ini sebenarnya tidak lantas menjadi acuan menilai seseorang kafir atau tidak. Boleh-boleh saja kita mempraktekkannya (berwudhu ulang untuk kasus tadi) ataupun tidak. Dan terlepas dari setuju tidak setuju, saya ingin memberikan pandangan dan hasil telaah saya terkait masalah khilafiyah batalnya wudhu tersebut, walaupun ilmu; terutama di bidang fikih; yang saya miliki masih teramat minim.
Berangkat dari Ayat 6 Surat Al Maidah terkait wudhu. Dalam ayat tersebut dicantumkan bahwa wudhu seseorang batal salah satunya jika menyentuh perempuan. Oleh jumhur ulama, menyentuh perempuan di sini berarti bersentuhannya kulit lelaki dan perempuan. Sementara ada sebagian mufassir yang mengartikannya dengan bersetubuh.
Dalam ayat ini kata perempuan tidak dikhususkan kepada siapa-siapa, mahram ataupun bukan. Sehingga apabila kita mengacu pada tafsiran bersentuhan kulit tadi, maka tidak peduli apakah itu ibu, saudara perempuan, dan ataupun anak tidak boleh kita (lelaki) sentuh jika ingin menjaga wudhu agar tidak batal.
Lebih jauh lagi, jikalau tafsiran Ayat 6 Surat Al Maidah ini menurut jumhur ulama yakni bersentuhan kulit secara harafiah semata (kulit bertemu kulit), maka pengertian bersentuhan kulit di sini teramat dangkal. Coba kita lihat kisah Sitti Maryam AS saat mempertanyakan berita kehamilannya pada Sang Malaikat Pembawa Wahyu Jibril AS. Pada kisah tersebut, tersirat makna bersentuhan yang kontradiktif dengan makna bersentuhannya para jumhur ulama dalam Ayat 6 Surat Al Maidah. Pernyataan Sitti Maryam AS saat itu yakni “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezinah (QS. Maryam : 20).” Apabila dibawa ke dalam bahasa yang lebih kasar maka bahasa Yang Mulia Sitti Maryam tersebut yakni kurang lebih “Bagaimana bisa aku hamil sedangkan tidak ada seorang laki-laki pun yang menyetubuhiku”. Pertanyaannya, apakah kalimat “tak seorang pun yang menyentuhku”  ini hanya sebatas sentuhan kulit? Tentu tidak. Kita semua mafhum bahwa seorang perempuan tidak akan hamil jika hanya bersentuhan kulit. Ia hanya akan hamil jika bersentuhan dengan laki-laki dalam artian bersetubuh.
Selain itu, jika kata menyentuhku dalam pernyataan Bunda Maryam ditafsirkan sebagai bersentuhan kulit yang sesuai dengan pendapat jumhur ulama tadi, maka siapa yang bisa menjamin bahwasanya  Ibunda Isa Almasih tersebut selama hidupnya benar-benar bebas dari sentuhan kulit laki-laki?! Apakah ayah, paman atau famili laki-laki Sang Bunda tidak pernah menggendong, menciumi atau sekadar mencubitnya semasa ia masih kecil?!
Pertanyaan selanjutnya ialah memangnya manusia itu najis sehingga jikalau kita bersentuhan dengannya maka batal wudhu kita?
Selamat berfikir!


Read more...
 
ZN _ LEFOKISSU © 2017