Angsa adalah sejenis burung air berukuran besar yang dapat terbang. Kawanan angsa biasanya bermigrasi dari suatu tempat ke wilayah yang lain dengan mengikuti siklus pergantian musim. Cara mereka bermigrasi dilakukan bersama sama untuk melestarikan keberlanjutan populasi mereka dan merupakan mekanisme alamiah untuk menyelamatkan diri dari ancaman alam.
Kawanan
angsa terbang secara berkelompok dengan cara mengikuti salah seekor angsa yang
terbang di barisan paling depan. Sepanjang perjalanan tersebut, seluruh kawanan
terbang membentuk sebuah formasi di belakang pemimpinnya, yang terlihat berbentuk
huruf “V” atau sering disebut formasi V.
Setelah
pemimpin formasi merasa lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi dan angsa
lain akan terbang menggantikan posisinya. Pergantian ini sengaja dilakukan agar
angsa yang sudah kelelahan tersebut dapat membugarkan kondisi fisiknya kembali.
Ternyata,
angsa saja mengetahui kapan saatnya dia memimpin dan kapan saatnya dia rehat.
Sang pemimpin tidak akan memaksakan dirinya untuk terus memimpin demi
keselamatan seluruh kawanan tersebut. Kerja sama mereka dapat berlangsung
secara efektiv dan sangat menakjubkan.
Sebaliknya
para penguasa duniawi sering mendekap erat-erat kekuasaan mereka tanpa
kesedaiaan digantikan. Artinya perbuatan mereka lebih dominan sebagai penguasa,
alih-alih seorang pemimpin. Padahal tuntutan perubahan dan penyegaran adalah
sebuah siklus alami, yang memastikan pencapaiaan tujuan kebaikan dan
kesejahteraan bersama. Tidak banyak pemimpin yang benar-benar memahami tentang
pentingnya fungsi regenerasi. Maka pertanyaannya adalah apakah kawanan angsa
itu lebih bijak dari masyarakat manusia?
Selain
itu, angsa yang memimpin sering bersuara melengking, seolah bermaksud
menyemangati seluruh kawanan tersebut. Begitupun kawanan yang dipimpinnya,
mereka juga mengeluarkan suara riuh rendah dari belakang untuk memberikan
semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang tetap
terjaga.
Ini
pula yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin dan juga orang-orang yang
dipimpinnya. Dukungan dan saling support dari sang pemimpin dengan rakyatnya
sangatlah diperlukan demi menjaga keutuhan tatanan masyarakat tersebut.
Pelajaran dari angsa, bagi pemimpin dan rakyatnya untuk saling support ini juga
sudah digambarkan lewat filosofi kepemimpinnya Ki Hajar Dewantara. Ing Ngarsa
Sung Tuladah, yang di depan memberikan contoh. Ing Madya Mangun Karsa, ketika
di tengah harus bisa mampu memberikan semangat atau motivasi. Dan Tut Wuri
Handayani, dan apabila berada di belakang harus bisa mendorong . Kesemuanya ini
dilakukan demi terciptanya sebuah tatanan masyarakat yang maju sehingga
membentuk sebuah peradaban baru yang lebih baik.
Itulah
pelajaran berharga dari makhluk tak berakal yang bernama angsa.
0 komentar:
Post a Comment