Menurut teori relativitas Einstein bahwa
waktu dan ruang dapat mengalami perubahan dalam kelajuan cahaya (C), dan dalam
kelajuan cahaya (C) ruang bisa di perpendek, dan waktu bisa di perlambat serta
apabila kecepatan melebihi kelajuan cahaya maka waktu dapat berjalan mundur.
Waktu
dalam pandangan relativitas umum Einstein ini kita ibaratlkan seperti garis
bilangan yang mana waktu dapat bernilai positif, netral/nol, dan juga negative.
Waktu akan bernilai positif apabila laju yang bekerja adalah minus kecepatan
cahaya (C). Waktu akan bernilai nol apabila laju sama dengan kecepatan cahaya
(C). Dan waktu akan bernilai negative apabila melebihi kecepatan cahaya (C).
Berdasarkan
logika ini maka waktu akan berhenti berjalan pada sebuah benda ketika melaju
dengan kecepatan cahaya, dan akan berjalan mundur (minus) apabila benda
tersebut melejit melebihi kecepatan cahaya.
Pertanyaan
kemudian adalah apakah waktu dapat berjalan mundur ketika bergerak melebihi
kecepatan cahaya dan waktu akan berhenti berjalan (0) apabila bergerak setara
kecepatan cahaya?
Pertanyaa
ini akan coba kita jawab dengan menggunakan pendekatan hukum causalitas/sebab
akibat. Causalitas meniscayakan tiap akibat/kejadian memiliki sebab. Causalitas
juga meniscayakan bahwa sebab akan selalu mendahuli akibat.
Sebelum
kita jabarkan lebih jauh antara hukum relativitas umum dengan causalitas terlebih
dahulu kita perlu mengetahui waktu itu sendiri. Waktu dalam ilmu fisika adalah
besaran yang menyatakan lamanya suatu kejadian atau gerak (perubahan). Artinya
waktu menjadi akibat dari adanya suatu gerak atau kejadian.
Pada
permasalahan waktu diatas bahwa waktu dapat berjalan mundur apabila melejit
diatas kecepatan cahaya dapat kita artikan, ketika sebuah materi bergerak
dengan kecepatan diatas C maka waktu akan berajalan mundur (kembali ke masa
lalu) sehingga benda tersebut akan berada pada waktu yang sudah pernah ia
lewati. Berdasrkan kedudukan waktu hal ini berarti pula bahwasannya akibat
tersebut (benda yg ke masa lalu dengan adanya waktu yang berjalan mundur) akan
lebih dahulu hadir daripada penyebab benda tersebut ke masa lalu.
Secara
sederhana kita misalkan sebuah benda mula-mula pada titik nol dengan waktu nol (t0)
lalu diberikan kecepatan lebih besar C sehingga waktu berjalan mundur (-). Dimana
sebab (C) yang diberikan masih berada pada titik nol. Maka yang akan terjadi
adalah kita melihat benda berada pada posisi negative dan kecepatan (C) sebagai
sebab berada pada titik nol. Artinya kecepatan (C)/sebab berada mendahului
waktu atau benda yang sudah berada pada titik minus. Artinya juga secara
tahapan waktu, akibat (waktu dan benda) akan mendahului sebab (C).
Berdasarkan
hukum causalitas maka adalah sebuah kemustahilan adanya akibat mendahului
sebab. Dengan demikian maka hanya ada satu kemungkinan yang terjadi yaitu
waktu/benda tidak akan berjalan mundur sekalipun kecepatan melebihi kecepatan
cahaya diberikan.
Lalu
apakah waktu akan berhenti berjalan (0) apabila kecepatan yang diberikan sama
dengan C?
Ketika
sebuah gerak menghantarkan waktu sampai pada t=0 artinya t tidak lagi berjalan
atau tidak ada waktu yang bekerja pada saat itu artinya juga tidak ada akibat
dari gerak yang ada. Maka sesuai uraian kita sebelumnya bahwa waktu adalah
akibat dari gerak/kejadian menjadi salah apabila kita mengatakan waktu berhenti
berjalan pada kecepatan sama dengan kecepatan cahaya. Pun hukum causalitas yang
menyatakan setiap sebab pasti menghasilkan akibat menjadi salah.
Sebuah
kemustahilan lagi, sebab tak
menghasilkan akibat. Sehingga
meniscayakan kita untuk menolak pernyataan/teori relativitas umum bahwa waktu
akan diam/berhenti berjalan ketika sebuah benda bergerak dengan kecepatan
cahaya.
Gerak
meniscayakan adanya perpindahan kedudukan suatu materi. Gerak juga dapat kita
artikan sebagai sebuah perubahan waktu menuju kearah depan, tak mungkin diam
atau statis bahkan mundur.
Ketika
sebuah benda dalam keadaan gerak baik itu dengan kecepatan mendekati, sama atau
bahkan diatas kecepatan cahaya maka waktu hanya akan mendekati nol. Tetapi
tidak akan pernah nol bahkan minus. Waktu hanya akan menjadi nol, apabila tidak
terjadi gerak sama sekali yang bekerja. Atau tidak ada sebab (gerak) barulah
waktu/akibat akan menjadi nol atau tidak ada.
Kita
misalkan dua buah benda A dan B menempuh jarak 1000 KM. Benda A akan menempuh
jarak tersebut dengan waktu tiga jam dan benda B hanya 30 menit. Benda A
membutuhkan waktu lebih lama daripada benda B untuk mencapai jarak yang sama.
Namun ketika benda B bergerak dengan waktu yang sama seperti benda A maka benda
B akan mencapai jarak 6000 KM/3jam sementara benda A hanya mampu menempuh jarak
1000 KM saja.
Ketika
benda B terus ditambah kecepatannya dalam menempuh jarak 1000 KM maka waktu pun
akan semakin sedikit diperlukan dan jarak yang ditempuh sesuai waktu yang
diperlukan benda A oleh benda B akan semakin panjang/banyak.
Waktu
tidak akan menjadi nol maupun minus selain dibuktikan dengan causalitas juga
dapat dengan teks-teks suci agama samawi. Misalnya tentang penciptaan alam
semesta, diyakini baik oleh umat yahudi, kristiani, maupun islam bahwa alam
diciptakan dalam 6 masa menurut perhitungan Tuhan.
Tak
dapat kita pungkiri bahwasannya untuk menghasilkan alam semesta seperti saat
ini dari sebuah titik (big bang) membutuhkan kecepatan yang begitu besar bahkan
melebihi kecepatan cahaya barulah alam ini terbentuk. Itupun oleh Tuhan
membutuhkan 6 masa/hari. Artinya dengan kecepatan sebesar itu waktu tidak
berjalan mundur ataupun berhenti (0). Dan dari ledakan big bang ini yang dengan
kecepatan jauh melebihi kecepatan cahaya waktu dan materi bergerak maju dari
sebuah titik menjadi alam makrokosmos seperti yang ada saat ini.
Didalam
islam misalnya mempercayai malaikat tercipta dari nur/cahaya saja pun ketika
menghadap Allah membutuhkan waktu ribuan Tahun untuk bisa sampai. Ini
menunjukan bahwasannya waktu itu senantiasa berjalan selama gerak itu terjadi.
Akhirnya
dapat kita simpulkan bahwa waktu tidak akan berhenti ataupun berjalan mundur
selama terjadinya gerak. Kecepatan akan memperpendek waktu dan memperluas
ruang. Sehingga orang yang bergerak cepat mencapai satu titik (jarak dibatasi)
maka waktu yang ia perlukan menjadi pendek/sedikit dan ketika bergerak dalam
selang waktu tertentu (waktu dibatasi) maka ruang/jarak yang ditempuh akan
panjang/sedikit. Seberapa pun besar kecepatan yang diberikan pada sebuah benda,
itu tidak akan mengakibatkan benda tersebut berhenti bergerak (t0)
atau ke masa lalu (t-) tetapi hanya akan mendekati t0. Sehingga
kita hampir tidak dapat melihat proses gerak yang terjadi. Seolah sebab dan
akibat terjadi secara bersamaan. Hal ini dapat kita anologikan seperti pada
matahari. Manakah yang lebih dahulu ada, matahari atau cahayanya? Tentu yang
lebih dahulu adalah matahari, walaupun seolah bersamaan. Tetapi kita dapat
memisahkan mana yang lebih dahulu ada. Hal ini tentu karena waktu yang begitu
kecil (mendekati nol) sehingga sangat sulit bagi kita untuk memisahkannya.
0 komentar:
Post a Comment