Banner 468 x 60px

 

Tuesday, May 17, 2016

MENATAP SEMESTA, NASEHAT SANG BUKU

0 komentar

Duhai sang pencipta peradaban, janganlah engkau meninggalkan aku dalam bait (baca; rak/rumah) seperti engkau menghiasi lemari kaca mu dengan emas permata yang kilaunya menyilaukan mata. Aku bukanlah mereka (emas permata) yang mahal nilai uangnya sehingga harus engkau jaga dalam bait-bait mu, yang engkau takut dirampok di saat engkau membawa ku keluar. Aku juga bukanlah gandum yang bisa menutrisi perutmu dari rasa lapar, ataupun sekedar air tawar yang mampu menghapus dahaga mu dari teriknya mentari.
Tapi percayalah duhai pengurus semesta, aku dapat memuaskan mu lebih dari sekedar emas permata, dapat menutrisi perutmu lebih kenyang dari sekedar gandum dan dapat membasahi dahagamu bak musafir di tengah gurun yang merindukan hujan. Aku dapat menawarkan diri lebih dari semuanya itu jikalau saja engkau menjadikanku sebagai kekasihmu. Duhai makhluk yang dimahkotai dengan akal. Akal mu tiada akan berfungsi sebelum aku menjadi ratu gizi mu untuk membentuknya menjadi dewasa dan sempurna.
Aku hanya akan dianggap sebagai onggokan sampah jikalau kerinduanku menjadi kekasihmu tak terbalas. Tubuhku akan dipenuhi debu, dan entah berapa lama lagi sang rayap merenggut kesucianku. Kesucian yang sangat ingin sekali kuberikan kepadamu. Maka pacarilah aku dan renggut semua kesucianku ini, janganlah satu helaian bagian tubuhku luput dari birahimu duhai umatnya Muhammad.
Tahukah engkau, bahwa kekasihmu Muhammad adalah orang yang paling utama dalam menggumuliku? Dia telah menggumuliku dalam arti yang sebenar-benarnya dan dalam bentuk yang berbeda dari mainstream orang semasanya. Dia mencintaiku dalam bentuk makrokosmos, bukan lagi dalam bentuk mikrokosmos. Dan itulah yang sebenarnya diinginkan Tuhannya ketika memerintahkan Jibril untuk menyuruhnya melihat (baca; membaca) ku.
Duhai pemilik sifat-sifatnya Tuhan, gumulilah dan hayati makna dari yang ada dalam diri ini. Diri ini adalah jendela bagi mu sebelum mengeja semesta dan jalan menuju jati dirimu, yakni menjadi manusia seutuhnya (insan kamil).
Ketahuilah, diri ini bisa menciptakan insang bagi mu agar engkau lebih dalam menyelami samudra pengetahuan. Dan diri ini bisa pula menciptakan sayap bagi mu yang tiap kepakannya mengantarkan mu menjelajahi ketakterbatasan ruang semesta penuh pengetahuan.
Cobalah sesekali ceburkan dirimu dalam lorong-lorong waktu bersama ku, jamahlah tiap kata-kata dalam diri ini dengan akal pikiran mu. Berenanglah dalam hikmah firman-firman tuhanmu serta tulisan orang-orang suci dan masyhur yang pernah hidup.
Duhai sang penerus soekarno, coba dengarkan teriakan lantang sang proklamator mu itu “siapa yang punya imajinasi masa depan , maka dialah yang akan dimenangkan oleh sejarah.” Indah sekali bukan? Ketahuilah engkau, bahwa beliau, soekarno adalah seorang penikmat ku (buku). Sewaktu kecil ia menghabiskan waktunya di perpustakaan milik ayahnya, tiap buku ayahnya ia lahap bak seorang bayi yang selalu merengek meminta tetek pada ibunya. Ia pun adalah salah satu penulis besar dengan gagasan-gagasan besar miliknya yang menawarkan nilai tambah pada diri ku bagi penerus-penerusnya seperti kalian ini. Tidakkah engkau ketahui bahwa ketampanan nya menjadi begitu sempurna berkat diri ini yang telah membentuk mercusuar mimpi, pemikiran dan gerakan kemanusiaan yang melekat pada dirinya? Dan ketahuilah juga bahwa diri ini pula yang telah merakit sayapnya sehingga dirinya dengan pemikirannya dapat terbang melintasi jamannya dalam membela nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Ingatlah! Einstein juga pernah mengatakan “imajinasi adalah segalanya. Ini adalah preview kehidupan akan datang. Imajinasi lebih penting dari pada pengetahuan”. Tapi dapatkah engkau berimajinasi tanpa sebuah rangsangan? Diriku inilah sebaik-baiknya rangsangan imajinasi. Maka bacalah aku baik dalam skala mikro maupun makro!
Duhai al insan, jikaulau engkau ingin seperti Muhammad, Soekarno, Eisntein, Newton atau orang-orang hebat lainnya yang pernah ada, maka dengarlah seruan kerinduanku dan terimalah aku menjadi tambatan hati mu kini dan seterusnya.
Tahukah engkau, kalimat seruan bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan adalah sebuah paradigma tauhid yang menolak pemisahan ilmu pengetahuan (sains) dan agama, akal dan wahyu, atau buku/alquran dan alam semesta.

0 komentar:

Post a Comment

 
ZN _ LEFOKISSU © 2017