Banner 468 x 60px

 

Thursday, May 5, 2016

KETIKA ADAM MENCICIPI MAKANAN MODERN

0 komentar
Dunia yang kita kenal saat ini adalah sebagai sebuah tatanan kehidupan yang melangkah jauh meninggalkan peradaban kuno/kolot. Salah satunya ditandai dengan perkembangan informasi dan teknologi yang tak bisa dibendung oleh kekuatan apapun. Selain dari bidang informasi dan teknologi, juga di bidang kesehatan, ekonomi, militer, politik, fashion dan masih banyak lagi perkembangan di bidang-bidang lainnya yang turut serta dalam migrasi peradaban manusia saat ini. Bahkan kuliner sekalipun tak mau ketinggalan.
Kuliner mengambil bagian penting dalam migrasi peradaban ini yakni sebagai pelayan perut manusia. Dengan perkembangan informasi dan teknologi serta penemuan zat-zat baru dalam bidang sains, kuliner/makanan-makanan pun kini telah mengalami dikotomi. Makanan-makanan yang disediakan oleh alam (saya menyebutnya makanan adam) ditempatkan pada cluster bawah atau disebut juga makanan kampungan. Masyarakat baik dari kalangan kelas ekonomi atas maupun menengah bahkan yang kelas ekonomi bawah hampir rata-rata memandang rendah menu makanan adam seperti buah-buahan (yang langsung dari kebun), singkong, jagung ketemak, jagung bose, gatot/kurajafa hanakulung, nagasari/songkol, sayuran, ikan, daging (yang di olah secara sederhana tanpa banyak menggunakan bahan-bahan dari pabrik) dan menu-menu lainnya yang belum banyak tercemari oleh bahan-bahan pabrik. Masyarakat lebih tertarik dengan makanan dan minuman kota, bahkan yang sifatnya internasional seperti McDonald, Pizza Huts, Burger, Es Krim, Soft Drinks, Aneka Jus, Susu dan lain sebagainya terutama yang tergolong makanan dan minuman cepat saji.
Padahal, dengan atau tanpa sadar kita telah membunuh diri kita dan keluarga kita secara perlahan dengan makanan-makanan yang malnutrisi dan beracun. Kita meninggalkan makanan nenek moyang kita yang penuh dengan kandungan gizi, makanan yang bisa menghidupkan kita jauh lebih lama dengan kondisi kesehatan yang lebih baik hanya lantaran kita terpesona oleh tampilan, aroma, rasa, proses pembuatannya yang cepat serta hegemoni pasar kapitalis yang menghipnotis alam bawa sadar kita dan dengan dikotomi stratak sosialnya.
Tom McGregor, dalam The Perfect Diet, menulis : “kita telah jauh meninggalkan keindahan surga Aden. Telah lama kita melupakan diet sempurna yang bergantung matang dari setiap cabang pohon. Buah-buahan yang dirancang dengan susunan molekul yang tepat untuk memelihara tubuh sudah digantikan dengan makanan yang dikemas secara kreatif, diawetkan secara kimiawi, diberi rasa buatan, ditingkatkan teksturnya, diberi warna, diberi lemak (fattened), dimaniskan, difortifikasi secara sintetik, dan dapat dihangatkan di mikrowiv. Dengan begitu, dalam beberapa menit, makanan sudah pindah dari kulkas ke meja makan.
Makanan-makanan itu begitu mengundang selera bahkan sebelum kita mencicipinya, hanya dengan memandangnya saja kita tergoda untuk menyantapnya tanpa memperhatikan unsur-unsur berbahayanya (ingredients). Ditambah lagi pihak pembuat merahasiakan unsur-unsur campuran makanan tersebut yang dikatakan sebagai resep rahasia sehingga tidak mau dipublikasikan. Serta diperparah lagi dengan sifat rakus kita sehingga langsung menyantap tanpa mempedulikan zat-zat kimia berbahaya yang terkandung di dalamnya seperti pestisida, MSG, preservatives, chemical flavors, buffers, noxious sprays, alkalizers, acidifiers, deodorants, moisteners, drying agents, expanders, modifiers, emulsifiers, stabilizers, thickeners, clarifiers, disinfectants, defoliants, fungicides, neutralizers, anticaking and antifoaming agents, hydrolyzers, hydrogenators, herbicides, synthetic hormones, antibiotics, dan steroid.
Untuk menyedapkan makanan misalnya, produsen memasukan MSG, monosodium glutamate yang merupakan asam amino yang dipergunakan untuk otak. Menurut penelitian Dr. John W. Olany dari the University School of Medicine, St. Louis , mengetes MSG dengan menginjeksikannya pada anak tikus. Sel-sel syaraf tikus, terutama pada hipothalamus, membengkak secara dramatis. Dalam beberapa jam, sel-sel itu mati.
Untuk mengawetkan sayuran dan daging ditambahkan sodium nitrat. Tanpa pengawet ini, sayuran dan daging akan kelihatan jelek serta cepat rusak dan membusuk. Sodium nitrat ini akan diubah menjadi asam nitrat di dalam perut kita, dan diduga keras sebagai penyebab kanker perut. Dan masih banyak lagi zat-zat kimia dalam bahan makanan modern yang membutuhkan pakar berkompeten dalam bidang ini untuk menguraikannya dalam lembaran lembaran kertas yang lebih banyak lagi. Dan saya bukanlah ahlinya, sehingga saya hanya bisa memaparkan sejauh yang say abaca dan ketahui saja.
Seandainya Adam dan Hawa kita bawa kemari untuk mencicipi makanan-makanan kita di perkotaan, mereka pasti akan syok. Gejala yang ditimbulkan akibat reaksi zat-zat kimia berbahaya dalam perut mereka yang tak terbiasa dengan semuanya itu membuat mereka panic dan bingung. Sakit yang belum pernah mereka derita sebelumnya, hari ini mereka rasakan, kondisi fisik mereka yang senantiasa bugar berubah menjadi lemah dan berpenyakit. Tak menutup kemungkinan mereka yang dahulunya berumur panjang, karena akibat sering mencicipi makanan modernnya kita, umur mereka pun bisa dipastikan tak akan mencapai usia seperti dahulu bahkan untuk berusia seratus tahun pun sepertinya mustahil.
Singkatnya makanan kita sekarang ini telah merusak kita dan menggemukan kaum kapitalis yang tertawa di atas penderitaan kita. So, sering-seringlah kita bernostalgia dengan makanan surga yang dahulu sering di santap nenek moyang kita, Adam dan Hawa atau yang sekarang kita kenal dengan pangan lokal.

0 komentar:

Post a Comment

 
ZN _ LEFOKISSU © 2017