Dunia
yang kita kenal saat ini adalah sebagai sebuah tatanan kehidupan yang melangkah
jauh meninggalkan peradaban kuno/kolot. Salah satunya ditandai dengan
perkembangan informasi dan teknologi yang tak bisa dibendung oleh kekuatan
apapun. Selain dari bidang informasi dan teknologi, juga di bidang kesehatan,
ekonomi, militer, politik, fashion dan masih banyak lagi perkembangan di bidang-bidang
lainnya yang turut serta dalam migrasi peradaban manusia saat ini. Bahkan kuliner
sekalipun tak mau ketinggalan.
Kuliner
mengambil bagian penting dalam migrasi peradaban ini yakni sebagai pelayan
perut manusia. Dengan perkembangan informasi dan teknologi serta penemuan zat-zat
baru dalam bidang sains, kuliner/makanan-makanan pun kini telah mengalami
dikotomi. Makanan-makanan yang disediakan oleh alam (saya menyebutnya makanan
adam) ditempatkan pada cluster bawah atau disebut juga makanan kampungan.
Masyarakat baik dari kalangan kelas ekonomi atas maupun menengah bahkan yang
kelas ekonomi bawah hampir rata-rata memandang rendah menu makanan adam seperti
buah-buahan (yang langsung dari kebun), singkong, jagung ketemak, jagung bose, gatot/kurajafa
hanakulung, nagasari/songkol, sayuran, ikan, daging (yang di olah secara
sederhana tanpa banyak menggunakan bahan-bahan dari pabrik) dan menu-menu
lainnya yang belum banyak tercemari oleh bahan-bahan pabrik. Masyarakat lebih
tertarik dengan makanan dan minuman kota, bahkan yang sifatnya internasional
seperti McDonald, Pizza Huts, Burger, Es Krim, Soft Drinks, Aneka Jus, Susu dan
lain sebagainya terutama yang tergolong makanan dan minuman cepat saji.
Padahal,
dengan atau tanpa sadar kita telah membunuh diri kita dan keluarga kita secara
perlahan dengan makanan-makanan yang malnutrisi dan beracun. Kita meninggalkan
makanan nenek moyang kita yang penuh dengan kandungan gizi, makanan yang bisa
menghidupkan kita jauh lebih lama dengan kondisi kesehatan yang lebih baik
hanya lantaran kita terpesona oleh tampilan, aroma, rasa, proses pembuatannya
yang cepat serta hegemoni pasar kapitalis yang menghipnotis alam bawa sadar
kita dan dengan dikotomi stratak sosialnya.
Tom
McGregor, dalam The Perfect Diet, menulis : “kita telah jauh meninggalkan
keindahan surga Aden. Telah lama kita melupakan diet sempurna yang bergantung
matang dari setiap cabang pohon. Buah-buahan yang dirancang dengan susunan
molekul yang tepat untuk memelihara tubuh sudah digantikan dengan makanan yang dikemas secara
kreatif, diawetkan secara kimiawi, diberi rasa buatan, ditingkatkan teksturnya,
diberi warna, diberi lemak (fattened), dimaniskan, difortifikasi secara
sintetik, dan dapat dihangatkan di mikrowiv. Dengan begitu, dalam beberapa
menit, makanan sudah pindah dari kulkas ke meja makan.
Makanan-makanan itu begitu mengundang selera bahkan sebelum
kita mencicipinya, hanya dengan memandangnya saja kita tergoda
untuk menyantapnya tanpa memperhatikan unsur-unsur berbahayanya (ingredients).
Ditambah lagi pihak pembuat merahasiakan unsur-unsur campuran makanan tersebut
yang dikatakan sebagai resep rahasia sehingga tidak mau dipublikasikan. Serta
diperparah lagi dengan sifat rakus kita sehingga langsung menyantap tanpa
mempedulikan zat-zat kimia berbahaya yang terkandung di dalamnya seperti
pestisida, MSG, preservatives, chemical flavors, buffers, noxious sprays,
alkalizers, acidifiers, deodorants, moisteners, drying agents, expanders,
modifiers, emulsifiers, stabilizers, thickeners, clarifiers, disinfectants,
defoliants, fungicides, neutralizers, anticaking and antifoaming agents, hydrolyzers,
hydrogenators, herbicides, synthetic hormones, antibiotics, dan steroid.
Untuk
menyedapkan makanan misalnya, produsen memasukan MSG, monosodium glutamate yang
merupakan asam amino yang dipergunakan untuk otak. Menurut penelitian Dr. John
W. Olany dari the University School of Medicine, St. Louis , mengetes MSG
dengan menginjeksikannya pada anak tikus. Sel-sel syaraf tikus, terutama pada
hipothalamus, membengkak secara dramatis. Dalam beberapa jam, sel-sel itu mati.
Untuk
mengawetkan sayuran dan daging ditambahkan sodium nitrat. Tanpa pengawet ini,
sayuran dan daging akan kelihatan jelek serta cepat rusak dan membusuk. Sodium
nitrat ini akan diubah menjadi asam nitrat di dalam perut kita, dan diduga
keras sebagai penyebab kanker perut. Dan masih banyak lagi zat-zat kimia dalam
bahan makanan modern yang membutuhkan pakar berkompeten dalam bidang ini untuk
menguraikannya dalam lembaran lembaran kertas yang lebih banyak lagi. Dan saya
bukanlah ahlinya, sehingga saya hanya bisa memaparkan sejauh yang say abaca dan
ketahui saja.
Seandainya
Adam dan Hawa kita bawa kemari untuk mencicipi makanan-makanan kita di perkotaan,
mereka pasti akan syok. Gejala yang ditimbulkan akibat reaksi zat-zat kimia
berbahaya dalam perut mereka yang tak terbiasa dengan semuanya itu membuat
mereka panic dan bingung. Sakit yang belum pernah mereka derita sebelumnya,
hari ini mereka rasakan, kondisi fisik mereka yang senantiasa bugar berubah
menjadi lemah dan berpenyakit. Tak menutup kemungkinan mereka yang dahulunya
berumur panjang, karena akibat sering mencicipi makanan modernnya kita, umur
mereka pun bisa dipastikan tak akan mencapai usia seperti dahulu bahkan untuk
berusia seratus tahun pun sepertinya mustahil.
Singkatnya
makanan kita sekarang ini telah merusak kita dan menggemukan kaum kapitalis
yang tertawa di atas penderitaan kita. So, sering-seringlah kita bernostalgia
dengan makanan surga yang dahulu sering di santap nenek moyang kita, Adam dan
Hawa atau yang sekarang kita kenal dengan pangan lokal.
0 komentar:
Post a Comment