Banner 468 x 60px

 

Tuesday, May 24, 2016

LELUHURKU, PARA PENCIPTA SURGA

0 komentar
Hari itu, jumat 17 agustus 1945 adalah momentum pemutusan mata rantai kolonialisme setelah lebih kurang tiga seperdua abad melilit tubuh anak-anak ibu pertiwi. Momentum yang paling dicitakan oleh leluhur kita yakni terbebas dari kungkungan belenggu kolonialisme.
Para leluhur kita adalah para militant sejati. Militant yang melenyapkan diri mereka sendiri untuk menjadi sesuatu yang efektiv, menggetarkan serta mengalahkan para kolonialis. Mereka adalah orang-orang yang memobilisasi massa, memimpin gerilya, dan berjuang di medan pertempuran demi satu kata, Kemerdekaan. Dan demi satu nama, Indonesia.
Bagi mereka perlawanan adalah sebuah keniscayaan, membunuh atau terbunuh. Keterpaksaan menjalani kekejaman dan pembunuhan adalah keharusan agar para penjajah yang ada di tanah milik mereka tidak berbuat semena-mena terhadap mereka. Sebuah perlawanan yang tumbuh dari nurani yang sadar akan ketidakadilan dan keterjajahan. Sebuah perlawanan bukan atas doktrin ajaran yang sifatnya memaksa, tetapi sebuah doktrin yang murni bangkit dari jiwa-jiwa yang tertindas.
Ada sebuah paradoksal dalam diri para leluhur kita ini, dosa bagi mereka adalah amal. Membunuh bagi mereka adalah ibadah. “Kemanusianku kukorbankan”, kata Saaman dalam novel Keluarga Gerilya Pramoedya Ananta Toer. Begitu pula mungkin yang terlintas dalam benak leluhur kita kala itu.
Menarik untuk membandingkannya dengan para pejuang seperti ISIS, Al Qaedah, Zionis dan sejenisnya. Para militant ini seperti para patriot leluhur kita, mereka juga berkorban untuk sesuatu yang lebih besar dari diri mereka. Maka tak ayal tindakan dan perjuangan mereka dapat mempesona sebagian besar orang yang kemudian memandang mereka sebagai Super Hero. Dengan dibaluti doktrin yang mereka pungut dari sumber-sumber agama mereka maka bertambalah keterpesonaan orang-orang yang memandang mereka sebagai Super Hero itu. Mereka adalah orang-orang yang tak punya dorongan jiwa untuk mencapai sisi kemanusiaan yang luhur dan agung. Mereka adalah para generasi yang bosan. Generasi yang bosan ini pun dengan mudah terpikat oleh mereka yang mempresentasikan dunia seperti Star Wars di muka bumi. Kebosanan yang ekstream dihabisi dengan aksi yang ekstream merangsang sensasi, menyandera, membantai, memenggal kepala, bom bunuh diri adalah kebuasan yang mereka timbulkan.
Dengan memakai jubah agama, dengan doktrin yang dramatis dan dahsyat, para milisi ini berhasil mengerahkan anak-anak muda yang putus pengharapan agar bersiap mengorbankan diri mereka. Dengan iming-iming kehidupan surga.
Tapi berbeda dengan para leluhur kita. Mereka adalah para teroris pejuang revolusioner yang berjuang bukan karena mengharapkan surga, bukan lantaran mereka tidak percaya dengan adanya surga itu. Mereka lebih percaya hidup di dunia yang lebih baik bagi banyak orang. Sebaliknya seorang militant Bom Bunuh diri “pengantin surga” dalam terorisme ISIS dan lainnya; mereka yakin akan adanya balasan surga yang penuh kenikmatan dan dipenuhi bidadari-bidadari yang siap menikahi mereka.
Maka jelas, para pejuang teroris ISIS dan sejenisnya ini tujuan mereka bukanlah untuk kebaikan universal, melainkan untuk kebaikan particular. Yakni untuk kemenangan agama mereka, bahkan bukan untuk keseluruhan agama mereka melainkan agama doktrinan kelompok mereka. Kemenangan ini pun pada akhirnya mengkapling surga untuk seorang individu dan menampik orang lain.
Sangat kontras dengan para patriot negri kita. Perjuangan, pengorbanan, dan pemberontakan mereka terhadap keadaan yang menindas mereka, kesemuanya itu adalah bukan hanya untuk membebaskan kelompok mereka atau indvidu yang berjuang saja. Mereka tidak menciptakan surga yang mereka kapling sendiri melainkan mereka menciptakan surga demi bangsa ini, surga demi segenap kemanusiaan. Itulah para teroris sejati yang telah berjuang membebaskan negri kita dari belenggu kolonialisme. Mari sejenak kita menundukan hati seraya berdoa agar para jihadis, leluhur kita ini, mendapat rahmat dan kasih sayang dari sang khalik.
Dan Aku pun dengan bangga mengangkat kopiku ini sebagai salam cintaku pada kalian duhai leluhur-leluhurku. Kiranya Rahmat Tuhan adalah sebaik-baik balasan buat kalian. Amiiiiiinn……

0 komentar:

Post a Comment

 
ZN _ LEFOKISSU © 2017