Banner 468 x 60px

 

Sunday, January 8, 2017

Isu Komunis? Ini Hanya Tentang Hegemoni

0 komentar
Arsyilaku, mari kita bicara tentang isu sektarian yang kian marak akhir-akhir ini. Isu yang digelontorkan oleh oknum-oknum tertentu untuk menciptakan konflik dan mengkonstruksi rasa ketidaknyamanan terhadap suatu ajaran.
Aku ingin berbicara lebih khusus isu sektarian yang coba di alamtkan kepada presiden kita, pak Joko Widodo. Suami ibu Iriana ini, diisukan sebagai Syiah dan komunis lantaran ia coba mengubah haluan politik luar negeri kita ke negara yang menganut dua paham tersebut. yah, Iran, Rusia dan China. Negara pertama yang ku sebutkan sebagai penganut ajaran Islam mazhab Syiah dan ideologi komunis oleh dua negara terakhir di atas. Tapi kali ini aku lebih tertarik bercerita dengan anda soal isu Komunis ketimbang Syiah, karena isu Syiah sudah tidak begitu seksi lagi dialamatkan pada pria kalem ini.
Dik, tahukah kau bahwa ketika haluan politik luar negeri kita beralih ke negara berpaham Syiah dan berideologi komunis, siapakah yang akan belingsatan? Yah, Amerika, Zionis, Saudi dan sekutu-sekutu mereka. Karena apa? Karena ketiga negara di atas adalah yang paling getol mengatakan tidak/lawan terhadap Amerika dan sekutunya. Apalagi Rusia sayang, kita tahu ia memiliki sejarah kelam permusuhan terhadap Amerika, Inggris dan sekutu-sekutu mereka. Begitupun Iran, ketika rezim Syah runtuh oleh revolusi Islam di bawah komando Khomaeni, Amerika kelabakan. Lalu lari terbirit-birit pergi meninggalkan tanah Iran menuju Irak. Kemudian berkecamuklah perang antar saudara Islam kita, kita kenal dengan perang Iran vs Irak. Sebuah peperangan yang sangat mengiris hati, terutama bila kita melihatnya dari kacamata Islam. Kalimat Allahu Akbar saling bertautan di angkasa oleh pejuang-pejuang dari kedua negara ini.
Iran dan Rusia adalah kekuatan di balik perlawanan rakyat Palestina, Suriah, Libanon, Yaman dan beberapa negara Timur tengah lainnya dalam menghadapi kekuatan Amerika, Zionis, Saudi dan sekutu mereka yang ingin menguasai negara-negara tersebut.
Sayang, ketika haluan politik kita berubah, maka segala kebijakan di negeri kita ini pun lambat laun mengikuti arah politik luar negeri kita. Sehingga kebijakan ekonomi, politik, dan sosial yang sudah mengakar di negeri kita bertahun-tahun akan hilang. Digantikan dengan yang baru. Tentu penanam kebijakan lama ini tidak ingin hal ini terjadi, sayangku.
Negara kita adalah salah satu negara terkaya di dunia, baik dari hasil bumi berupa minyak, gas, batu bara, emas, perak dan lain sebagainya adalah primadona paling menggiurkan rasa tertarik bagi negara manapun. Serta alam kita yang seksi lantaran dilintasi garis khatulistiwa membuat kita sebagai negara yang subur nan hijau. Tak berlebihan kata penyair kondang kita, Gus Plus dalam memandang  berkah ini; ia mengatakan bahkan Tongkat Kayu dan Batu pun menjadi Tumbuhan jika di tanam di tanah ibu Pertiwi. Tak kalah dengan darat, laut kita pun punya daya pesona luar biasa; setiap mata yang memandang langsung ingin menceburkan diri ke dalamnya. Negara kita memang sungguh kaya dan cantik, membuat birahi-birahi keserakahan ingin menggaulinya bahkan ingin memperkosanya.
Negara kita tidak hanya menyediakan Sumber Daya Alam Non Hayati, namun juga yang Hayati. Sumber daya alam yang terakhir ini akan kembali menjadi primadona di dunia ketika sumber daya alam non hayati dunia habis. Sehingga negeri kita akan menjadi ladang pertempuran yang dahsyat oleh bandit-bandit dunia yang serakah, untuk tujuan jangka panjang saat dunia krisis akan sumber daya alam non hayati. Jika kekayaan ini oleh Amerika dan sekutunya menguap dari genggaman mereka, maka mereka tidak hanya rugi saat ini, namun juga untuk massa yang akan datang. Sehingga pembelotan pak Jokowi tentu membuat mereka meradang, kelabakan dan keblingsatan.
Ini pulalah yang mendorong kian maraknya isu komunis beredar. Yang pada intinya ingin menggulirkan kepemimpinan pria krempeng nan santun ini. Agar digantikan dengan pemimpin baru yang seideologi dengan Amerika dan sekutunya. Karena mereka tidak ingin zona nyaman mereka diusik apalagi diambil oleh pihak lain yang notabene adalah musuh mereka.
Sayang, isu komunis memang begitu seksi. Ia masih begitu telanjang di ingatan dan hati masyarakat Indonesia, belum ada helaian benang yang terlilit. Bangsa kita masih begitu trauma atas sejarah kelam nan pahit yang mengoyak-koyak sekujur tubuh dan membantai nyawa anak bangsa di massa-masa tua orde lama kala itu.
Namun, Arsyilaku kita perlu dan sebuah keniscayaan bersikap adil dalam menilai ideologi komunis hari ini! Sebagaiaman yang pernah ku tulis dalam bukuku yang pertama “Jalan Pulang” bagian “Indonesia dan Propaganda” pada intinya adalah di negara tempat lahir dan besarnya ideologi komunis; Uni Soviet (Rusia sekarang) dan China; meskipun mereka berideologi komunis namun dalam praktek terutama dalam hal perekonomian, merekapun mengarah ke perekonomian kapitalis/sosial kapitalis. Mereka tidak benar-benar komunis dari pahaman/ideologi hingga praktik. Ada ranah-ranah praktik yang tidak bisa dijawab oleh ideologi mereka. Dianggap tidak lagi relevan sehingga perlu mengadopsi praktik ideologi lain. Hal yang sama terjadi di bangsa kita ini, Arsyilaku. Kita berpahamkan Pancasila tapi pada ranah praktik kita lebih liberalis, padahal jika kita pelajari Pancasila kita dengan seksama sesungguhnya masalah praktik kita ini masih bisa dijawab dengan pancasila. Tidak perlu dengan liberal.
Kita juga harus jujur terhadap kondisi real bangsa kita bahwa negara kita tidak sepenuhnya ditinggali oleh masyarakat pribumi asli Indonesia. Tetapi juga bangsa pendatang yang sudah turun temurun, lahir meninggal, kecil besar dan turut memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Mereka diantaranya adalah orang-orang China. Sebut saja pejuang-pejuang dari mereka itu Siauw Giok Tjhan, Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie, Lie Eng Hok dan (mungkin) masih banyak lagi yang tidak terekspos sehingga kita tidak mengenal mereka. Bahkan salah satu yang termuda, Soe Hok Gie salah satu keturunan China yang giat menentang kebijakan presiden pertama kita Soekarno yang dianggap tidak baik bagi masyarakkat dan bangsa ini. Ia juga menentang PKI kala itu.
Tidak semua orang China terutama di Indonesia berpaham komunis apalagi mempraktekan paham ini, ada yang nasionalis pancasila atau bahkan liberal. Ini sebuah realitas kehidupan, tidak semua pahaman menjadi aksi real. Hal yang sama bagi kita yang beragama Islam. Tidak semua benar-benar mempraktikan paham/ajaran Islam. Tidak semua orang Indonesia itu Pancasilais, ada yang memang komunis, arabis, atau liberalis. This is real, honey.
Maka Arsyilaku, ku katakan padamu janganlah utopis terhadap yang namanya komunis ataupun Chinais. Ini adalah malware yang sedang diciptakan dengan maksud ingin merapuhkan dan mematahkan kaki-kaki kursi kepresidenan, sehingga presidennya jatuh tersungkur ke lantai. Agar mereka bisa membuat kursi baru dan mengangkat pemangku baru yang berideologikan sama dengan Amerika, Saudi dan sekutu mereka.
Kita memang tahu orang-orang China dan keturunannya hampir di setiap daerah yang mereka tinggali, mereka maju sebagai pemegang tools perekonomian daerah tersebut. Salah satunya di tanah kelahiranku; Alor; meraka memegang kendali kuat atas perekonomian di sana. Namun, itu masalah lain dan aku tidak ingin masuk jauh ke ranah itu, sayang.
Yang perlu anda takuti adalah mereka yang berteriak mengatasnamakan agama. Mereka yang tenggorokannya nyaring dan nyaris pecah mengumandangkan persatuan Islam di bawah naungan Khilafah. Indonesia ingin di-Khilafahkan, pancasila Thagut bagi mereka. Hati-hatilah dengan para HTI itu! Merka itulah musuh paling nyata kita dan negara kita saat ini, mereka berlindung di balik tirai agama. Juga yang perlu anda waspadai adalah mereka yang berpaham Saudi-is. Para Wahabi-is yang gemar membid’ah-bid’ah atau mengambil hak Tuhan dalam menilai kafir atau tidaknya kita.
Arsyilaku, polemik bangsa kita hari ini benar-benar pelik dan semrawut, sangatlah komplit dan sensitif. Karena masalah harta kekayaan yang ditinggalkan leluhur kita. Kata presiden pertama kita; sosok pujaan kita berdua; Ia mengatakan, “Aku tinggalkan kekayaan alam Indonesia biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia”. Dan terbukti hari ini, kan sayang?
Ini masalah dahaga, sayang. Air yang biasa di minum oleh Amerika, Saudi dan sekutu mereka, kini air itu berpotensi berpindah tangan ke Iran, Rusia dan China. Tentunya mereka yang sudah menikmati sejuk dan mujarabnya air bangsa kita tidak ingin hegemony yang susah payah mereka bangun, dan mimpi indah ke depan mereka menguap dari tangan mereka akibat ganasnya tiga negara tujuan haluan Jokowi ini.
Perlu kita sadari bahwa semakin menguatnya isu China, Komunis, Sosialis, dan Syiah membuktikan semakin lemah hegemoni Amerika dan sekutunya di negeri yang disebut negeri Atlantik yang hilang ini. Dan mesti kita bangun lebih dini dari tidur lelap kita untuk meng-Counter potensi konflik sebagaimana yang sering mereka terapkan di negara-negara Timur Tengah. Kita tidak ingin negeri kita diacak-acak seperti Suriah hari ini, Lybanon, Yaman dan lainnya. Sayang, mari kita bergandengan tangan membentuk simpul kuat agar negeri kita senantiasa aman dan damai, sehingga memudahkan kita berjalan menyusuri relung zaman yang penuh dengan konflik ini menuju cita-cita negara kita. Kita naik ke plaminan “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Isu Syiah, Komunis, China, Sosialis dan lain sebagainya adalah upaya pembodohan lewat media hoax yang terus menerus digenjot ke otak masyarakat agar ketika Jokowi merapat ke tiga negara di atas, mendapatkan sambutan negatif dari masyarakat.
Amerika dan sekutunya tidak mau melihat Indonesia maju dan setara dengan mereka, karena mereka tahu negara tercinta kita memiliki potensi itu. Para penjaja komersial Indoneisa tentunya tidak mau negaranya maju dan setara dengan hegemoni barat; sudah terbiasa terjajah dan dipanggil budak.
Terbaru sayang, Bambang Tri menulis buku yang berjudul “Jokowi Undercover”. Walaupun aku sendiri belum membaca buku tersebut, namun dari berita-berita yang ada setelah penulis buku ini ditangkap polisi, pihak kepolisian mengtakan, buku tersebut tanpa referensi atau data pendukung yang jelas. Tidak melalui metodologi penelitian yang sah, tanpa catatan kaki yang merujuk buku lain atau berkas sejarah. Identitas penerbit, seperti nama penerbit, kota, dan tahun cetak juga tidak disebutkan di buku tersebut. Maka semakin jelaslah bahwa ini adalah sebuah kebohongan dan upaya pelemahan presiden kita, pak Joko Widodo.
Terakhir Arsyilaku sayang, mari sama-sama kita mendoakan bagi presiden kita ini agar ia tegar menghadapi badai cobaan. Juga untuk negeri kita agar senantiasa damai dan terhindar dari konflik sosial beraroma sektarian, yang sedang dan akan terjadi. Karena sampai kapanpun NKRI harga mati. Dan sampai kapanpun kita akan bergandengan tangan bahkan ke haribaan yang Maha Kuasa. Amiiiinnn……

0 komentar:

Post a Comment

 
ZN _ LEFOKISSU © 2017