Atas
izin Allah SWT, sebuah kejadian langka nan unik terjadi di salah satu gugus pulau
di Timur Indonesia. Di sebuah pulau bernama Alor, tepatnya di perairan desa
Alor Kecil, sekitar 35 menit dari pelabuhan Kalabahi terdapat suatu fenomena laut
dingin yang terjadi hanya tiga kali dalam setahun. Laut menjadi dingin, dan tidak
terjadi lantaran perubahan cuaca menjadi dingin ataupun turunnya salju. Ia
terjadi dengan sendirinya. Dan sejauh ini belum ditemukan penjelasan ilmiah
terkait fenomena tersebut. Masyarakat setempat hanya mempercayai mitos yang
sudah diceritakan turun temurun. Cerita yang belum pasti nilai kebenarannya.
Konon,
terdapat hubungan antara penguasa laut perairan desa Alor Kecil dan penguasa
laut Pantai Selatan, Jawa. Ketika kedua penguasa laut ini bertemu maka seketika
laut menjadi dingin. Ada juga kelompok yang mempercayai bahwa dinginnya laut
tersebut merupakan tanda diselenggarakannya pertemuan akbar antar orang-orang
suci sedunia di seputaran Tanjung Kumbang (sebuah tanjung di desa Alor Kecil yang
dianggap keramat). Fenomena ini memang di luar logika normal. Tidak ada yang tersisa
selain mitos-mitos peninggalan leluhur masyarakat di Alor Kecil.
Sejarah
setempat merekam bahwa pernah ada upaya ilmiah untuk mengurai alasan science mengapa laut tersebut bisa
menjadi dingin. Pada tahun 1968 ilmuan dari Australia datang meneliti laut
dingin tersebut, disusul tim pakar dari Jepang beberapa tahun kemudian. Sayang,
hasil penelitian mereka tidak pernah dipublikasikan kepada masyarakat, termasuk
ke Pemerintahan Daerah Kabupaten Alor. Akhirnya, fenomena laut dingin tersebut
masih menjadi misteri bagi semua orang hingga hari ini.
Satu
hal menarik menurut saya yakni peristiwa ini memberi bukti lain akan kebenaran
kitab suci Al-Qur’an. Area laut yang dingin hanya membentang dari Tanjung
Kumbang dan Batu Apung (sebutan lokalnya fato-nebo)
hingga pantai Makassar, Alor Kecil. Serta dari pesisir pulau Kepa (Nuha) ke pesisir
desa Alor Kecil. Seolah ada sekat yang membatasi dinginnya laut ini untuk
menyebar ke area lain. Bahkan, terkadang laut dingin tersebut mengeluarkan uap
dan menghalangi pandangan mata ke pulau kepa (Nuha) yang berjarak sekitar 80
meter dari bibir pantai Alor Kecil. Seperti ada sekat yang membatasi antara air
laut yang satu dengan air laut yang lainnya, “antara keduanya ada batas yang
tidak dilampaui masing-masing (QS Ar Rahman : 20).”
Ya,
walaupun maksud dari ayat ini lebih tepatnya merujuk pada peristiwa tidak
tercampurnya dua air laut yang saling bertemu di Selat Gibraltar, yang mana hal
ini dijelaskan juga pada ayat sebelumnya, “dan Dialah yang membiarkan dua laut
mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu. ” (QS. Ar-Rahman:19), bagi saya poin
yang paling penting yakni pada ayat 20 . Dimana Allah memberitahukan kepada
kita bahwa sesungguhnya tiap sesuatu memiliki kadarnya masing-masing sehingga ketika bertemu, mereka akan tetap
terpisah/tidak tercampur.
Hal
ini dibenarkan oleh modern science
bahwa sifat lautan ketika bertemu tidak bisa bercampur satu sama lain.
Dijelaskan oleh para ahli kelautan juga bahwa hal ini dikarenakan adanya perbedaan
massa jenis (kadar) dan tegangan permukaan air laut, yang mencegah kedua air
dari lautan bercampur satu sama lain. Bisa kita katakan ada dinding tipis yang
memisahkan mereka.
Kasus
dinginnya laut di perairan desa Alor Kecil memang tidak seperti yang terjadi di
Selat Gibraltar di mana proses pertemuan antar dua laut terjadi secara kontinyu.
Laut dingin di Alor Kecil itu hanya terjadi di waktu-waktu tertentu sehingga
sulit dijelaskan mengapa air laut yang dingin hanya seputaran itu-itu saja.
Jika penyebabnya ialah massa jenis ketika air laut dingin berbeda dengan masa
jenis ketika air laut normal, mengapa hanya wilayah itu-itu saja yang dingin.
Bukankah area itu (laut dingin) sebelumnya berada pada kondisi normal seperti
laut di sekitarnya, sehingga besar kemungkinan memiliki massa jenis yang sama? Sekat
seolah hanya ada ketika laut mulai dingin. Ataukah memang dalam keadan normal pun
antar area itu memiliki massa jenis laut yang berbeda? Wallahu ‘alam, dibutuhkan
penelitian untuk menguak fenomena tersebut.
Semoga
kita masih diberi nikmat kehidupan ketika para ilmuwan menguak tabir laut
dingin yang saat ini masih terbungkus dinginnya laut yang membentang dari bibir
pantai Alor Kecil dan Pulau Kepa (Nuha). Amiin..
#Dari buku "Jalan Pulang"
0 komentar:
Post a Comment