Banner 468 x 60px

 

Sunday, January 15, 2017

Sanggahan Terhadap Buku Agus Mustafa “Ternyata Akhirat Tidak Kekal”

0 komentar
Buku Ternyata Akhirat Tidak Kekal
Ternyata Akhirat Tidak Kekal adalah salah satu judul buku karya Ir. Agus Mustafa yang cukup “provokatif” dan “kontroversial”. Judul buku yang merupakan kesimpulan dari tulisan pak Agus ini tentu membuat kita agak Shock. Sebab ini telah menggoyang apa yang sudah kita pahami selama ini bahwa Akhirat itu senantiasa kekal, abadi, sebagaimana banyak disebutkan dalam Alquran. Meski demikian buku ini sangat menarik untuk dikaji.
Walaupun sudah banyak yang mengkrtik buku ini, termasuk KH Mutafa Bisri. Namun, kebanyakan masih menyanggah dengan dalil-dalil Alquran, Hadis dan pendapat para ulama. Maka, di sini saya ingin menyanggah buku ini dari sisi filsafat dengan menggunakan logika. Namun, bukan berarti saya menafikan kritik-kritik lainnya yang berdasarkan dalil-dalil Alquran, Hadis maupun pendapat para ulama.
Dalam buku “Ternyata Akhirat Tidak Kekal”, Agus Mustafa mendasarkan argumennya pada Alquran Surat Hud; 106-108 yang artinya;
“Adapun orang-orang yang celaka, maka tempatnya adalah di dalam neraka, di dalamnya mereka menarik dan mengeluarkan napas (106). Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (Yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia Kehendaki (107). Ada pun orang-orang yang bahagia tempatnya adalah di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (Yang lain), sebagai karunia yang tiada putus-putusnya (108).”
Agus Mustafa kemudian melanjutkan dengan penjelasannya bahwa;
Ayat di atas bercerita tentang keadaan penduduk neraka dan penduduk surga. Dikatakan oleh Allah, bahwa mereka itu akan kekal di dalam surga atau neraka, selama ada langit dan bumi.
Informasi ini, sungguh, menggelitik logika kita. Kenapa demikian? Sebab ternyata kekekalan surga dan neraka itu – menurut ayat ini -  tergantung kepada kondisi lainnya, yaitu keberadaan langit dan bumi alias alam semesta.
Dengan kata lain, akhirat itu akan kekal jika langit dan bumi atau alam semesta ini juga kekal. Sehingga, kalau suatu ketika alam semesta ini mengalami kehancuran, maka alam akhirat juga akan mengalami hal yang sama, kehancuran.
Selanjutnya, Agus Mustafa mengatakan “Alam semesta ini dulu pernah tidak ada, dan suatu ketika bakal tidak ada lagi”. Pertanyaannya benarkah demikian?
Pertama, diakatakan “alam semesta ini dulu tidak ada”. Apakah ini maksudnya adalah bahwa alam semesta ini dulunya tidak ada kemudian oleh Allah di adakan? Jika demikian maka perlu kita revisi pemahaman kita tentang konsep ada dan tiada. Sesuatu yang tidak ada (Tiada) itu tidak memiliki eksistensi. Karena yang memiliki eksistensi hanyalah yang ada. Ketiadaan mustahil menghadirkan yang ada, dan yang ada pun mustahil menghadirkan ada yang lain dari sebuah ketiadaan.
Karena alam semesta ini adalah sebuah eksistensi/sesuatu yang ada maka mustahil dia datangnya dari ketiadaan. Pasti dia datang dari sesuatu yang ada, yaitu yang kita kenal dengan Tuhan/Allah. Sudah pasti dari diriNya-lah lahir keberadaan yang lain seperti alam semesta ini. Maka kita katakan bahwa alam semesta serta isinya ini adalah bagian dari diri Allah. Dalam filsafat Islam dikenal dengan Gradasi Wujud (Ada) lebih khusus Gradasi Wujudnya Mulla Shadra (Gradasi Partikulir). Yaitu, alam semesta ini diibaratkan dengan Cahaya dan Sumber Cahaya. Semakin jauh cahaya dari sumbernya maka semakin redup pula cahaya itu, sebaliknya semakin dekat cahaya itu dengan sumbernya maka semakin terang cahaya tersebut. Itulah ibarat keberadaan kita di alam semesta ini. Tuhan sebagai sumber segala yang ada/wujud, dan kita sebagai ada/wujud yang ada karena sumber wujud tersebut.
Lalu, karena alam semesta berasal dari yang ada (Tuhan) maka mustahil ia menjadi tiada/hilang, lenyap seperti yang dimaksudkan Agus Mustafa sebelumnya. Karena keberadaan alam semesta adalah bersumber dari yang ada/Tuhan maka mustahil akan lenyap. Karena yang ada/Tuhan senantiasa ada atau abadi. Sehingga kalau alam semesta ini lenyap, menjadi tiada maka sama halnya dengan lenyap/hilangnya sebagian diri Tuhan. Sesuatu yang mustahil dan tidak bisa di terima nalar.
Maka yang sebenarnya terjadi adalah alam semesta bukan hilang/tiada melainkan kembali ke sumber asalnya/Tuhan. Kalaupun tidak, maka alam semesta hanya mengalami pergantian/perubahan.
Selanjutnya, Agus Mustafa menggugah dengan sebuah pertanyaan serius “Kalau, kita masih juga ragu untuk mengatakan bahwa alam akhirat itu tidak kekal. Atau dengan kata lain, masih juga berpendapat bahwa akhirat itu kekal adanya, maka marilah kita melakukan tes terakhir, yaitu menguji pendapat tersebut dengan pertanyaan berikut ini: kekal manakah alam akhirat dengan Allah? Oleh Agus Mustafa dijawab; pastilah Allah lebih kekal.
Hal ini diperkuat dengan ayat Alquran, surat Al Qashash ayat 88, berbunyi “…Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajahNya (saja)…”
Inilah kemudian oleh Agus Mustafa disimpulkan bahwa Ternyata Akhirat Tidak Kekal. Benarkah demikian? Mari kita coba menjawab pertanyaan ini secara logis!
Akhirat dan segala perangkat di dalamnya; surga neraka; adalah makhluk Allah yang keberadaannya disebabkan/diadakan oleh Allah. Sebagaimana telah saya jelaskan sebelumnya bahwa keberadaan alam semesta adalah bersumber dari yang ada/Tuhan maka mustahil akan lenyap/tiada.
Kita juga dapat membedakan kekekalan Allah dan kekekalan Akhirat;
Pertama, kekalnya Allah itu tidak bersebab, tidak mempunyai start dan tidak memiliki garis Finish, sedangkan Akhirat kekekalannya bersebab (dari Allah), mempunyai awal dan tidak memiliki garis finish. Hal ini sesuai dengan firman-firman Allah dalam Alquran tentang keabadian akhirat dengan surga nerakanya.
Kedua, Allah itu kekalnya bi dzatihi atau kekal dengan dzatnya, sedangkan surga neraka itu kekalnya bi ghoirihi atau kekalnya diciptakan oleh Allah.
Ketiga, sebagaimana telah saya jelaskan sebelumnya di atas bahwa alam semesta dan isinya berasal dari yang ada/Tuhan maka mustahil dia akan hilang atau menjadi tiada. Hal yang sama juga terjadi pada makhluk yang bernama hari akhir.
Dengan demikian berdasarkan uraian yang sudah saya sampaikan di atas jelaslah bahwa secara logika dan filsafat Islam, kesimpulan Agus Mustafa bahwa Akhirat Tidak Kekal terbantahkan. Akhirat sebagai makhluk tentu berasal dari Allah sebagai Pencipta dan kekekalan akhirat tidaklah serta merta disamakan dengan kekekalan Allah. Allah kekal dengan sendirinya sedangkan akhirat kekal dengan izin dari Penciptanya.

0 komentar:

Post a Comment

 
ZN _ LEFOKISSU © 2017