Buku Ternyata Akhirat Tidak Kekal |
Ternyata Akhirat Tidak
Kekal adalah salah satu judul buku karya Ir. Agus Mustafa yang cukup
“provokatif” dan “kontroversial”. Judul buku yang merupakan kesimpulan dari
tulisan pak Agus ini tentu membuat kita agak Shock. Sebab ini telah menggoyang apa yang sudah kita pahami selama
ini bahwa Akhirat itu senantiasa kekal, abadi, sebagaimana banyak disebutkan
dalam Alquran. Meski demikian buku ini sangat menarik untuk dikaji.
Walaupun sudah banyak
yang mengkrtik buku ini, termasuk KH Mutafa Bisri. Namun, kebanyakan masih
menyanggah dengan dalil-dalil Alquran, Hadis dan pendapat para ulama. Maka, di
sini saya ingin menyanggah buku ini dari sisi filsafat dengan menggunakan
logika. Namun, bukan berarti saya menafikan kritik-kritik lainnya yang
berdasarkan dalil-dalil Alquran, Hadis maupun pendapat para ulama.
Dalam buku “Ternyata
Akhirat Tidak Kekal”, Agus Mustafa mendasarkan argumennya pada Alquran Surat
Hud; 106-108 yang artinya;
“Adapun orang-orang yang celaka, maka tempatnya
adalah di dalam neraka, di dalamnya mereka menarik dan mengeluarkan napas
(106). Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika
Tuhanmu menghendaki (Yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap
apa yang Dia Kehendaki (107). Ada pun orang-orang yang bahagia tempatnya adalah
di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali
jika Tuhanmu menghendaki (Yang lain), sebagai karunia yang tiada putus-putusnya
(108).”
Agus Mustafa kemudian
melanjutkan dengan penjelasannya bahwa;
Ayat di atas bercerita
tentang keadaan penduduk neraka dan penduduk surga. Dikatakan oleh Allah, bahwa
mereka itu akan kekal di dalam surga atau neraka, selama ada langit dan bumi.
Informasi ini,
sungguh, menggelitik logika kita. Kenapa demikian? Sebab ternyata kekekalan
surga dan neraka itu – menurut ayat ini -
tergantung kepada kondisi lainnya, yaitu keberadaan langit dan bumi
alias alam semesta.
Dengan kata lain,
akhirat itu akan kekal jika langit dan bumi atau alam semesta ini juga kekal.
Sehingga, kalau suatu ketika alam semesta ini mengalami kehancuran, maka alam
akhirat juga akan mengalami hal yang sama, kehancuran.
Selanjutnya, Agus Mustafa
mengatakan “Alam semesta ini dulu pernah tidak ada, dan suatu ketika bakal
tidak ada lagi”. Pertanyaannya benarkah demikian?
Pertama, diakatakan
“alam semesta ini dulu tidak ada”. Apakah ini maksudnya adalah bahwa alam
semesta ini dulunya tidak ada kemudian oleh Allah di adakan? Jika demikian maka
perlu kita revisi pemahaman kita tentang konsep ada dan tiada. Sesuatu
yang tidak ada (Tiada) itu tidak
memiliki eksistensi. Karena yang memiliki eksistensi hanyalah yang ada. Ketiadaan mustahil menghadirkan
yang ada, dan yang ada pun mustahil menghadirkan ada yang lain dari sebuah ketiadaan.
Karena alam semesta
ini adalah sebuah eksistensi/sesuatu yang ada
maka mustahil dia datangnya dari ketiadaan.
Pasti dia datang dari sesuatu yang ada,
yaitu yang kita kenal dengan Tuhan/Allah. Sudah pasti dari diriNya-lah lahir
keberadaan yang lain seperti alam
semesta ini. Maka kita katakan bahwa alam semesta serta isinya ini adalah
bagian dari diri Allah. Dalam filsafat Islam dikenal dengan Gradasi Wujud (Ada)
lebih khusus Gradasi Wujudnya Mulla Shadra (Gradasi Partikulir). Yaitu, alam
semesta ini diibaratkan dengan Cahaya dan Sumber Cahaya. Semakin jauh cahaya
dari sumbernya maka semakin redup pula cahaya itu, sebaliknya semakin dekat cahaya
itu dengan sumbernya maka semakin terang cahaya tersebut. Itulah ibarat
keberadaan kita di alam semesta ini. Tuhan sebagai sumber segala yang
ada/wujud, dan kita sebagai ada/wujud yang ada karena sumber wujud tersebut.
Lalu, karena alam
semesta berasal dari yang ada (Tuhan)
maka mustahil ia menjadi tiada/hilang,
lenyap seperti yang dimaksudkan Agus Mustafa sebelumnya. Karena keberadaan alam semesta adalah bersumber dari
yang ada/Tuhan maka mustahil akan
lenyap. Karena yang ada/Tuhan
senantiasa ada atau abadi. Sehingga
kalau alam semesta ini lenyap, menjadi tiada
maka sama halnya dengan lenyap/hilangnya sebagian diri Tuhan. Sesuatu yang
mustahil dan tidak bisa di terima nalar.
Maka yang sebenarnya
terjadi adalah alam semesta bukan hilang/tiada
melainkan kembali ke sumber asalnya/Tuhan. Kalaupun tidak, maka alam semesta
hanya mengalami pergantian/perubahan.
Selanjutnya, Agus
Mustafa menggugah dengan sebuah pertanyaan serius “Kalau, kita masih juga ragu
untuk mengatakan bahwa alam akhirat itu tidak kekal. Atau dengan kata lain,
masih juga berpendapat bahwa akhirat itu kekal adanya, maka marilah kita
melakukan tes terakhir, yaitu menguji pendapat tersebut dengan pertanyaan
berikut ini: kekal manakah alam akhirat dengan Allah? Oleh Agus Mustafa dijawab;
pastilah Allah lebih kekal.
Hal ini diperkuat
dengan ayat Alquran, surat Al Qashash ayat 88, berbunyi “…Tiap-tiap sesuatu
pasti binasa, kecuali wajahNya (saja)…”
Inilah kemudian oleh
Agus Mustafa disimpulkan bahwa Ternyata Akhirat Tidak Kekal. Benarkah demikian?
Mari kita coba menjawab pertanyaan ini secara logis!
Akhirat dan segala
perangkat di dalamnya; surga neraka; adalah makhluk Allah yang keberadaannya
disebabkan/diadakan oleh Allah. Sebagaimana telah saya jelaskan sebelumnya
bahwa keberadaan alam semesta adalah bersumber dari yang ada/Tuhan maka mustahil akan lenyap/tiada.
Kita juga dapat
membedakan kekekalan Allah dan kekekalan Akhirat;
Pertama, kekalnya Allah itu tidak bersebab, tidak mempunyai start dan tidak
memiliki garis Finish, sedangkan Akhirat kekekalannya bersebab (dari Allah),
mempunyai awal dan tidak memiliki garis finish. Hal ini sesuai dengan
firman-firman Allah dalam Alquran tentang keabadian akhirat dengan surga
nerakanya.
Kedua, Allah itu kekalnya bi dzatihi atau kekal dengan dzatnya, sedangkan
surga neraka itu kekalnya bi ghoirihi atau kekalnya diciptakan oleh Allah.
Ketiga, sebagaimana telah saya jelaskan sebelumnya di atas bahwa alam semesta
dan isinya berasal dari yang ada/Tuhan
maka mustahil dia akan hilang atau menjadi tiada.
Hal yang sama juga terjadi pada makhluk yang bernama hari akhir.
Dengan demikian
berdasarkan uraian yang sudah saya sampaikan di atas jelaslah bahwa secara
logika dan filsafat Islam, kesimpulan Agus Mustafa bahwa Akhirat Tidak Kekal
terbantahkan. Akhirat sebagai makhluk tentu berasal dari Allah sebagai Pencipta
dan kekekalan akhirat tidaklah serta merta disamakan dengan kekekalan Allah.
Allah kekal dengan sendirinya sedangkan akhirat kekal dengan izin dari
Penciptanya.
0 komentar:
Post a Comment