Ilustrasi Murid dan Ustadz |
Arsyila, ada sebuah
cerita menarik yang inginku ceritakan padamu. Sebuah guyonan tepatnya, tapi
bukan sembarang guyon, ini guyonan yang penuh makna dan pelajaran di dalamnya.
Semoga engkau terhibur sayang. Berikut ceritanya;
Alkisah di sebuah
kampung terdapat sebuah surau kecil, tempat orang-orang melakukan ibadah shalat
lima waktu dan pengajian. Pengajian sendiri di ajarkan oleh seorang ustad yang
juga warga setempat.
Suatu hari seorang Murid
heran karena beberapa ayam peliharaannya hilang. Maka dimulailah penyelidikan
untuk mencari tahu biang kerok hilangnya ayam-ayam tadi. Suatu saat si Murid
memergoki Ustadznya sedang memotong ayamnya. Terjadilah dialog menarik antara Ustadz
dan Murid.
Murid : “Maaf Ustadz,
ayam yang dipotong itu ayam milikku.”
Ustadz : “Kamu salah
nak, apa yang ada di kolong langit dan bumi ini semua milik Allah, bukan milik
manusia. ingatlah Ayat Alquran; “Wa lillahi
ma fi samawati wa al arld”; dan milikNya lah segala apa yang ada di langit
dan segala apa yang di bumi.
Karena mendapat
jawaban seperti itu dari sang ustadz, lebih-lebih disertai dalil Alquran, maka
si Murid pun tertegun, manggut-manggut, tanda ia paham dan mengerti. Lalu ia
pun pergi setelah mencium tangan Ustadz. Sepanjang perjalanan pulang ke rumah,
terlintas pikiran jahat di benak si Murid. Ia pun kemudian terinspirasi oleh
wejangan sang Ustadz tadi. Dan berencana mencuri kambing peliharaan Ustadznya.
Satu waktu kesempatan
untuk mencuri kambing Ustadz itu pun datang. Seekor kambing jantan berumur lima
tahun pun diseret si Murid, kemudian bersama beberapa temannya, mereka
menyembelih kambing tersebut. Dagingnya ada yang mereka bagikan ke warga dan
sisanya mereka jual ke pasar.
Keesokan harinya,
ketika sang Ustadz hendak memberikan makanan kepada kambing-kambingnya yang di
kandang. Betapa kaget dan terkejut sang Ustadz karena kambing paling besarnya
sudah tidak ada lagi. Rencanya kambing tersebut akan dipotong minggu depan saat
acara pernikahan putrinya yang ke dua, si Kalista.
Melihat kambing
tersebut hilang sang Ustadz pun mulai mencarinya. Kesana-kemari ia bertanya
pada warga desa. Akhirnya, seorang warga yang kebetulan mendapatkan daging
kambing kemarin meminta sang Ustadz menanyakan pada Muridnya tersebut. Siapa
tahu saja ia yang mencurinya, karena hanya dialah yang kemarin membagikan dan
menjual daging kambing.
Bertambah kaget dan
terkejutlah sang Ustadz. Ia meradang penuh amarah. Geram dan marah. Dalam
hatinya; “berani-beraninya santri itu mencuri kambing milik Ustadznya sendiri.
Apa kurang pelajaran agama setiap hari yang ku ajarkan?”
Sang Ustadz tersebut
kemudian memanggil si Murid tersebut dan menginterogasinya.
Ustadz : “Hari ini
saya dapati kandang kambing saya kehilangan salah satu kambing. Menurut warga hanya
kau lah yang membagikan dan menjual kambing kemarin. Apa benar, kamu lah yang
telah mencuri kambing saya?”
Murid : “Iya benar
Ustadz. Aku lah yang mencuri kambing Ustadz.”
Sang Ustadz pun begitu
geram mendengar jawaban Muridnya dengan begitu entengnya. Namun, karena mereka
dikerumuni oleh Murid-Murid pengajian, sang Ustadz pun mencoba tetap tenang.
Ustadz : “Kamu kok
berani-beraninya mencuri dan memotong kambingku dan menjualnya?”
Murid : “Maaf Ustadz,
saya melakukan ini pun menurut nasehat dan wejangan Ustadz. Bukankah Ustadz
sendiri yang bilang, berdasarkan ayat Alquran, kalau semua yang ada di bumi ini
adalah milik Allah.”
Sang Ustadz kaget dan
shok mendapatkan jawaban si Murid. Seolah ia ditampar oleh Muridnya itu. Dalam
bathinnya ia merasa bersalah karena telah salah mengajari Muridnya. Namun,
karena tidak ingin disalahkan dan dipermalukan di depan kerumunan para Murid,
sang Ustadz pun berusaha mencari kilah. Ia pun kembali memberi nasehat; “Nak,
ayat itu hanya berlaku untuk ayam saja. Bukan untuk kambing…”
Heheheheheeee……
Ini hanya guyonan
Arsyilaku. Tidak usah marah dan tersinggung ya?! Aku hanya ingin menghiburmu
dan semoga kamu terhibur dengan guyonan ini. Juga aku ingin mengatakan bahwa,
ayat atau teks apapun dalam Alquran, Injil, Taurat, Zabur, Talmud, Tripitaka,
Veda, Hadis dan kitab apa saja memang tidak memiliki bentuk solid, karena itu
mudah dibelok-belokan sesuai dengan kepentingan dan selera penafsirnya; Ulama, Ustadz,
Kiyai, Pendeta, Pastor, Rabbi, Biksu, atau siapa saja. Ayatnya mungkin benar,
begitu juga ketika disampaikan oleh sang Nabi atau yang menerima wahyu (Ayat)
tersebut, kita yang memahaminya yang keliru. Ada ayat yang sifatnya universal
ada yang partikulir, ada yang temporal ada yang sepanjang massa.
Sekian ceritaku ini
sayang. Salam rindu tanpa candaku pada dirimu.
0 komentar:
Post a Comment