Banner 468 x 60px

 

Thursday, May 4, 2017

Alam Sebagai Tajalli Tuhan

0 komentar
Pembentukan Komunitas Pecinta Alam
“Ke manapun kau hadapkan wajahmu, di situlah wajah Tuhan”.
Bait firman Allah di atas sebenarnya ingin memberitahukan kepada kita bahwa Allah itu Maha Luas, Maha Meliputi dan Maha Memiliki Segalanya. Allah ingin menjelaskan bahwa, segala apa yang ada ini sebenarnya adalah diri-Nya dan Dia sangat dekat dengan kita. Bahkan lebih dekat daripada kulit dan daging kita.
Begitupun di sini, jauh pandang tatapan mata kau lesakan sesungguhnya wajah Tuhan yang sedang kau saksikan. Panorama keindahan alam Mutis ini pada hakikatnya bukan wadah cinta seorang petualang, namun hal itu terjadi karena adanya pancaran keindahan (wajah) Ilahi yang merentang sejauh mata memandang. Alam; juga di Mutis ini; adalah jelmaan Ilahi dalam pakaian makhluk. Karena tiada satupun yang ada (makhluk) adalah selain dari diri Tuhan. Sebab itu, cinta dan kekaguman yang hadir di dalam diri tak berasal dari kecintaan dan kekaguman kita kepada alam. Namun, semua cinta dan kekaguman itu berasal dari pancaran Ilahi dan di sanalah, di alam sanalah, cinta bertajalli (termanifestasi).
Apa yang nampak dan yang kita saksikan di luar kemudian merenggut hati dan selanjutnya secara lahiriah kita sebut makhluk pada hakikatnya adalah jelmaan dan keindahan Ilahi dalam bentuk makhluk. Yah, alam bagaikan sebuah cermin yang memantulkan diri Penciptanya. Ia menjadi tajalli Tuhan bagi manusia, sebagai penghibur, pemberi pelajaran, penentram hati dan pelebur ego serta kesombongan. Sebab itu, alam adalah salah satu kreasi tajalli Tuhan yang paling sempurna selain perempuan.
Rab ne bana di jodi; "Tujh Mein Rab Dikhta Hai - aku melihat Tuhan dalam dirimu." Bagi seorang petualang pun demikian. Sudut-sudut ruang dan objek-objek yang dilihatnya, tidak lagi ia melihat sebagaimana adanya tetapi ia melihat sebagaimana mestinya. Ada wajah-Nya di balik seluruh yang tertangkap dan terinderakan. Ada tajalli Tuhan di dalamnya.
Ia tidak hanya melihat alam sebagai makhluk, namun ia telah menemukan sublimitas Tuhan di dalamnya. Rasa takjub dan gelora cinta yang membara adalah luapan hati yang meletus akibat sublimitas yang ia temukan. Rasa itu, seperti luapan lava yang tak kunjung padam, ia senantiasa meninggalkan debu rindu dari nyala dan bara.
KPA Lagi Eksis
Bagi anda mungkin sulit menebak cinta seorang petualang berasal dari sudut ruang yang mana atau objek yang mana. Apakah sudut ini atau sudut itu, pada objek ini atau objek itu? Tidak. Dia tidak berasal dari sudut ini atau sudut itu ataupun objek ini dan itu. Ia berasal dari keseluruhan. Mungkin pertanyaan yang tepat dan sulit dijawab adalah dimulai dari sudut atau objek yang mana ia berasal?

“Ke manapun kau hadapkan wajahmu, di situlah wajah Tuhan”.
Bait firman Allah di atas sebenarnya ingin memberitahukan kepada kita bahwa Allah itu Maha Luas, Maha Meliputi dan Maha Memiliki Segalanya. Allah ingin menjelaskan bahwa, segala apa yang ada ini sebenarnya adalah diri-Nya dan Dia sangat dekat dengan kita. Bahkan lebih dekat daripada kulit dan daging kita.
Begitupun di sini, jauh pandang tatapan mata kau lesakan sesungguhnya wajah Tuhan yang sedang kau saksikan. Panorama keindahan alam Mutis ini pada hakikatnya bukan wadah cinta seorang petualang, namun hal itu terjadi karena adanya pancaran keindahan (wajah) Ilahi yang merentang sejauh mata memandang. Alam; juga di Mutis ini; adalah jelmaan Ilahi dalam pakaian makhluk. Karena tiada satupun yang ada (makhluk) adalah selain dari diri Tuhan. Sebab itu, cinta dan kekaguman yang hadir di dalam diri tak berasal dari kecintaan dan kekaguman kita kepada alam. Namun, semua cinta dan kekaguman itu berasal dari pancaran Ilahi dan di sanalah, di alam sanalah, cinta bertajalli (termanifestasi).
Apa yang nampak dan yang kita saksikan di luar kemudian merenggut hati dan selanjutnya secara lahiriah kita sebut makhluk pada hakikatnya adalah jelmaan dan keindahan Ilahi dalam bentuk makhluk. Yah, alam bagaikan sebuah cermin yang memantulkan diri Penciptanya. Ia menjadi tajalli Tuhan bagi manusia, sebagai penghibur, pemberi pelajaran, penentram hati dan pelebur ego serta kesombongan. Sebab itu, alam adalah salah satu kreasi tajalli Tuhan yang paling sempurna selain perempuan.
KPA
Rab ne bana di jodi; aku melihat Tuhan dalam dirimu. Bagi seorang petualang pun demikian. Sudut-sudut ruang dan objek-objek yang dilihatnya, tidak lagi ia melihat sebagaimana adanya tetapi ia melihat sebagaimana mestinya. Ada wajah-Nya di balik seluruh yang tertangkap dan terinderakan. Ada tajalli Tuhan di dalamnya.
Ia tidak hanya melihat alam sebagai makhluk, namun ia telah menemukan sublimitas Tuhan di dalamnya. Rasa takjub dan gelora cinta yang membara adalah luapan hati yang meletus akibat sublimitas yang ia temukan. Rasa itu, seperti luapan lava yang tak kunjung padam, ia senantiasa meninggalkan debu rindu dari nyala dan bara.
Bagi anda mungkin sulit menebak cinta seorang petualang berasal dari sudut ruang yang mana atau objek yang mana. Apakah sudut ini atau sudut itu, pada objek ini atau objek itu? Tidak. Dia tidak berasal dari sudut ini atau sudut itu ataupun objek ini dan itu. Ia berasal dari keseluruhan. Mungkin pertanyaan yang tepat dan sulit dijawab adalah dimulai dari sudut atau objek yang mana ia berasal?

0 komentar:

Post a Comment

 
ZN _ LEFOKISSU © 2017